Jadilah seperti lebah
Sebagaimana dahulu telah disinggung oleh para penyair yang bijak tatkala membedakan antara penampilan dan kenyataan. Mereka menyoroti tipuan panca indera yang mebuat manusia membayangkan apa-apa yang tidak sesuai dengan hakikatnya, sehingga mereka menghormati orang yang tidak layak dihormati dan menghinakan orang yang semestinya dihormati dan dimuliakan. Mereka berkata:
Kamu melihat seorang yang kurus lalu kamupun meremehkannya
Padahal tersimpan kekuatan singa perkasa pada dirinya
Kamu takjub akan penampilan pemuda yang gagah lalu engkaupun memilihnya
Padahal pemuda itu tidak sebagaimana yang kamu duga
Sebagian orang ada yang mahir untuk tampil meyakinkan dan memoles diri dihadapan orang lain, berlagak dengan sesuatu yang tidak ia miliki, seakan akan mampu, padahal tidak punya apa-apa.Namun, kelak setelah terbukti akan kepalsuan dan kedustaannya, ia pada posisi yang sebenarnya, timbulah penyesalan dan kekecewaan, serta kerugian atas waktu yang telah ia korbankan setelah ia memperoleh yang bukan merupaka n haknya.
Adapun orang yang jujur dan tampil apa adanya, sesungguhnya mereka tidak suka menonjolkan diri, tidak pula menempuh jalan rayuan dan kepalsuan ditengah manusia. Namun ia tetap mejalankan kewajiban dengan tawadhu' dan simpati, tidak mengklaim keunggulan dirinya, atau kehebatannya. Jika penganut kebenaran dan orang yang adil mengenal mereka melalui amalnya, lalu memujinya, maka ini adalah kabar gembira yang disegerakan baginya.Lalu kabar gembira tersebut tidaklah menambah dirinya sombong melainkan semakin giat dan ikhlas. Namun jika kehormatan dan pujian manusia luput darinya, maka merekapun tidak akan bersedih dan menyesal, karena bukan untuk itu mereka berbuat, bukan karena itu pula mereka bersusah payah. Mereka semata. mata mengharapkan pujian dari Dzat yang tidak akan curang terhadap hambanya, dan tidak pula meyia-nyiakan pahala amalnya:
(QS.Al-Kahfi(18):30).
Mereka laksanagamabran yang diungkapkan oleh Khalifah ke empat Ali bin Abi Thalib r.a. yakni bagaikan lebah yang dilihat sebagai hewan yang lemah terbangnya, hina derajatnya, tidak punya kuku dan tidak pula paruh, tidak memiliki wibawa dan tidak pula perkasa, namun demikian burung manakah yang lebih bernilai daripadanya dan lebih bermanfaat bagi manusia daripadanya. Ia menghasilkan sesuatu yang bermanfaat sebagai obat bagi manusia sebagaimana yang di firmankan oleh Allah Rabul 'alamin:
(QS:An.Nahl:69).
Disaliin: Muhammad Hasbi Farouqi
Sumber: Buku La Tahzan karya DR. 'aidh al Qarni
Disaliin: Muhammad Hasbi Farouqi
Sumber: Buku La Tahzan karya DR. 'aidh al Qarni
Labels:
Renungan
Keine Kommentare: