Air mata cinta pembersih dosa
Wahai tawanan dunia, wahai budak nafsu, wahai sarang dosa ,wahai wadah bencana, ingatlah apa yang telah kauperbuat dan takutlah kepada Allah! jangan sampai Dia melihat kesalahan dan kedurhakaanmu, sehingga Dia halangi engkau dari pintu-Nya Dia jauhkan engkau dari sisi-Nya dan Dia cegah engkau untuk akrab dengan para kekasih-Nya. Bila demikian, engkau terjatuh dalam jurang kehinaan dan terperangkap dalam jaring kerugian. Setiap kali engkau ingin membebaskan diri dari kesesatan, suara Allah menyeru:
Menjauhlah dari Kami, engkau tidak mendekati Kami. Wahai pengkhianat yang alpa dan melalaikan Kami. Engkau berpaling dari Kami dan tidak taat kepada Kami. Kau hendak mencari rida, padahal hubungan telah terurai, Bagaiman engkau sekarang mau menghampiri Kami sementara sejak lama engkau melupakan Kami. Wahai pengingkar janji tidak ada yang tersambung dengan Kami kecuali mujtahid yang sungguh sungguh merendahkan diri.Wahai pembeli barang fana dengan sesuatu yang kekal, tidaklah engkau merasa rugi? betapa manisnya hari hari perjumpaan dan betapa pahitnya hari hari perpisahan. Tidaklah kehidupan suatu kaum menjadi baik kecuali dengan berhijrah, begadang serayamembaca Al-quran, serta melewati malam dengan berdiri dihadapan dan bersujud kepada Allah.
'Abd al-'Aziz ibn Salman al-'Abid menceritakan penuturan seseorang yang menyucikan diri dan menangis selama 60 tahun karena rindu kepada Allah Subhaanahu wata'ala :
Aku bermimpi berada ditepi sungai berair kesturi yang sangat harum. Pohon-pohon mutiara dipinggirnya, lumpurnya berupa minyak ambar, dan didalamnya terdapat bongkah bongkah emas. Ditepi sungai, gadis gadis jelita berdendang,"Mahasuci dan Mahatinggi Allah. Mahasuci Dia. Mahasuci Zat yang disucikan oleh setiap lisan. Mahasuci Zat yang Mahakekal Yang ada dimana mana. Mahasuci Zat yang Mahakekal sepanjang masa. Kami abadi dan tidak akan mati selamanya. Kami selalu rida dan tidak pernah marah. Kami adalah nikmat yang takkan tanpa pernah berubah."Aku bertanya siapakah kalian ?" Mereka menjawab,"Kami adalah makhluk Allah Subhanahuwata'ala. "Kutanya lagi, "Apakah yang kalian lakukan disni?" Mereka serempak memberi jawaban indah: Tuhan manusia, pemelihara Muhammad, menyediakan kami untuk kaum yang bangkit beribadah dimalam nan gelap. Mereka bermunajat kepada Tuhan mereka. Rabbulalamin. Keinginan mereka naik saat orang lain tertidur lelap."Baik, baik, "kataku ,"lalu siapakah kaum yang Allah beri kebahagian itu? "Mereka balik bertanya," Kamu tidak tahu?" Tidak, demi Allah,"jawabku. Mereka melanjutkan,"Mereka adalah kaum yang beribadah dengan sungguh-sungguh di waktu malam dan begadang bersama Alquran."
Labels:
Renungan
Keine Kommentare: