Keutamaan dan Kemuliaan llmu Bag.1
Allah سبحانه و تعالى berfirman,
"Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikatdan orang-orang yang berilmu juga menyatakan yang demikian itu. Tak ada Tuhan selain Dia. Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."(Ali Imran: 18)Allah سبحانه و تعالى mempersaksikan orang-orang yang berilmu atas sebab yang dipersaksikan kepada-Nya, yaitu tauhidullah (mengesakan Allah سبحانه و تعالى). Karena itu, Allah berfirman,
"Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia yang menegakkan keadilan." (Ali Imran: 18)Ini menunjukkan keutamaan ilmu dan orang-orang yang berilmu dari beberapa segi.
Satu. Terpilihnya mereka untuk memberikan kesaksian.
Dua. Beriringannya kesaksian mereka dengan kesaksian Allah سبحانه و تعالى.
Tiga. Beriringannya kesaksian mereka dengan kesaksian para malaikat.
Empat. Semua hal di atas menunjukkan bahwa Allah سبحانه و تعالى mengakui "kebersihan"
dan keadilan mereka, karena Allah سبحانه و تعالى tidak meminta kesaksian kecuali dari makhluk-Nya yang adil.
Dalam sebuah riwayat Nabi صلى الله عليه وسلم pernah bersabda,
"llmu ini akan dibawa oleh orang-orang adil dari generasi yang akan datang. Mereka menghilangkan distorsi orang-orang ekstrim, tipu daya orang-orang yang melakukan kebatilan, dan takwil orang-orang bodoh. "3333 Syaikh al-Albani berkata, "Hadits ini mursaal karena Ibrahim bin Abdullah bin Abdurrahman al-
Udzari adalah seorang tabi'in yang kurang kualifikasinya dalam bidang hadits, sebagaimana yang dikatakan
adz-Dzahabi. Dan riwayat Mu'adz bin Rifa'ah tidak bisa dijadikan pegangan, tapi hadits ini telah
diriwayatkan secara bersambung dari beberapa sahabat dan sebagian dari jalur itu dishahihkan oleh al-
Hafizh al-Ala'i dalam kitab Baghyahtul-Multamis (3-4)." Al-Khathib meriwayatkannya dalam kitab Syarafu
ash-Shahibil-Hadits (11/35) dari Mihnan bin Yahya. Dia berkata, "Saya pernah bertanya kepada Ahmad
bin Hanbal tentang hadits Mu'adz bin Rifa'ah dari Ibrahim ini, dan saya katakan kepadanya, 'Sepertinya
hadits ini hadits maudhu'T Dia menjawab, 'Tidak, hadits ini shahih.' Lalu Aku bertanya kepadanya, 'Dari mana Anda mendengar hadits ini?' Dia menjawab, 'Saya telah mendengarnya dari beberapa orang.'
Lalu saya bertanya, 'Siapa mereka itu?' Dia menjawab, 'Seorang miskin telah menyampaikan kepadaku,
hanya saja dia mengatakan, 'Yaitu Mu'adz dari al-Qasim bin Abdurrahman.' Ahmad menjawab, 'Mu'adz
bin Rifa'ah itu tidak bermasalah.' Saya telah mengumpulkan sejumlah hadits tentang hal ini dan saya
berniat untuk melakukan verifikasi tentang hadits-hadits itu jika kami mempunyai kesempatan, insya
Allah." Dari kitab al-Misykaat (1/82-83).
Muhammad bin Ahmad bin Ya'kub bin Syaibah berkata, "Saya melihat seorang lelaki mengajukan tuduhan atas seseorang kepada Ismail bin Ishaq, seorang qadhi. Lalu Ismail bin Ishaq bertanya kepada sang terdakwa tersebut, tetapi dia menolak tuduhan itu. Lalu dia bertanya kepada lelaki yang mengajukan tuduhan, 'Apakah anda memiliki saksi?' Dia menjawab: 'Ya, si fulan dan fulan, adapun si fulan yang pertama kesaksiannya bisa diterima, sedangkan yang satunya lagi tidak bisa diterima.' Ismail bin Ishaq pun bertanya, 'Jadi Anda mengetahui hal itu?' orang tersebut menjawab, 'Ya, saya tahu.' Ismail bin Ishaq bertanya kembali, 'Dengan apa Anda mengetahuinya?' orang tersebut pun menjawab, 'Saya mengetahuinya melalui kitab- kitab hadits.' Ismail bin Ishaq bertanya lagi, 'Bagaimana Anda mengetahuinya dengan kitab-kitab hadits?' Orang tersebut menjawab, 'Saya tahu dari kitab-kitab hadits hal yang baik, yaitu bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, 'Ilmu ini akan dibawa oleh orang-orang adil dari generasi mendatang. Dan orang yang dinilai adil oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah lebih utama dari orang yang Anda anggap adil.' Lalu Ismail bin Ishaq pun berkata, 'Pergilah dan datangkan orang itu. Saya sungguh telah menerima kesaksian orang itu.'" Mengenai hal ini, insya Allah akan bicarakan pada tempatnya nanti. Lima. Allah سبحانه و تعالى menyebut mereka sebagai orang-orang yang berilmu. Ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar orang-orang yang berilmu, bukan sekedar kiasan.
Enam. Allah سبحانه و تعالى bersaksi dengan diri-Nya sendiri, dan Dialah Saksi Yang Maha Agung, kemudian dengan makhluk makhluk yang menjadi pilihannya, yaitu para malaikat dan orang-orang yang berilmu. Hal ini cukup menjadi bukti bagi kemuliaan dan ketinggian derajat mereka.
Tujuh. Dengan kesaksian mereka, Allah سبحانه و تعالى membuktikan hal yang sangat
agung, besar, dan tinggi yaitu bahwa 'Tiada Tuhan selain Allah'. Zat Yang Maha Kuasa
hanya mengambil saksi dari hamba-hamba-Nya yang terpilih bagi suatu perkara agung.
Delapan. Allah سبحانه و تعال menjadikan kesaksian mereka sebagai argument atas orang- orang yang ingkar. Dengan demikian, mereka ibarat dalil, ayat, dan bukti-bukti yang menunjukkan ketauhidan Allah سبحانه و تعال.
Sembilan. Allah سبحانه و تعال menyebutkan satu kata kerja (fi'il) untuk kesaksian dari- Nya, dari malaikat, dan dari mereka (orang-orang berilmu), tanpa menyebutkan kata kerja lagi. Hal ini menunjukkan eratnya keterkaitan kesaksian-kesaksian mereka dengan kesaksian-Nya. Seakan-akan Allah سبحانه و تعال menyatakan ketauhidan-Nya melalui lidah mereka. Jadi Allah سبحانه و تعال menyatakan kesaksian-Nya atas keesaan-Nya dengan diri-Nya sendiri sebagai permulaan dan pengajaran. Sedangkan, orang-orang yang berilmu memberikan kesaksian atas ketauhidan Allah سبحانه و تعال sebagai penegasan, pengakuan, pembenaran, dan keimanan.
Sepuluh. Dengan kesaksian tersebut, Allahسبحانه و تعال menjadikan mereka sebagai orang-orang yang menunaikan hak-Nya atas makhluk-Nya. Jika mereka menunaikannya, maka mereka telah menunaikan hak Nya, dan tetaplah hak tersebut atas seluruh makhluk-Nya. Dengan demikian, seluruh makhluk-Nya juga wajib menunaikan hak Allah tersebut, karena itu adalah jalan menuju puncak kebahagiaan mereka, baik di dunia maupun di akhirat. Orang-orang yang berilmu tersebut mendapatkan pahala sebesar pahala orang-orang yang mendapatkan petunjuk berkat mereka. Ini merupakan kemuliaan besar yang batasnya tidak diketahui kecuali oleh Allah سبحانه و تعال Inilah sepuluh bentuk makna dari ayat ini.
agung, besar, dan tinggi yaitu bahwa 'Tiada Tuhan selain Allah'. Zat Yang Maha Kuasa
hanya mengambil saksi dari hamba-hamba-Nya yang terpilih bagi suatu perkara agung.
Delapan. Allah سبحانه و تعال menjadikan kesaksian mereka sebagai argument atas orang- orang yang ingkar. Dengan demikian, mereka ibarat dalil, ayat, dan bukti-bukti yang menunjukkan ketauhidan Allah سبحانه و تعال.
Sembilan. Allah سبحانه و تعال menyebutkan satu kata kerja (fi'il) untuk kesaksian dari- Nya, dari malaikat, dan dari mereka (orang-orang berilmu), tanpa menyebutkan kata kerja lagi. Hal ini menunjukkan eratnya keterkaitan kesaksian-kesaksian mereka dengan kesaksian-Nya. Seakan-akan Allah سبحانه و تعال menyatakan ketauhidan-Nya melalui lidah mereka. Jadi Allah سبحانه و تعال menyatakan kesaksian-Nya atas keesaan-Nya dengan diri-Nya sendiri sebagai permulaan dan pengajaran. Sedangkan, orang-orang yang berilmu memberikan kesaksian atas ketauhidan Allah سبحانه و تعال sebagai penegasan, pengakuan, pembenaran, dan keimanan.
Sepuluh. Dengan kesaksian tersebut, Allahسبحانه و تعال menjadikan mereka sebagai orang-orang yang menunaikan hak-Nya atas makhluk-Nya. Jika mereka menunaikannya, maka mereka telah menunaikan hak Nya, dan tetaplah hak tersebut atas seluruh makhluk-Nya. Dengan demikian, seluruh makhluk-Nya juga wajib menunaikan hak Allah tersebut, karena itu adalah jalan menuju puncak kebahagiaan mereka, baik di dunia maupun di akhirat. Orang-orang yang berilmu tersebut mendapatkan pahala sebesar pahala orang-orang yang mendapatkan petunjuk berkat mereka. Ini merupakan kemuliaan besar yang batasnya tidak diketahui kecuali oleh Allah سبحانه و تعال Inilah sepuluh bentuk makna dari ayat ini.
Sebelas. Mengenai kemuliaan ilmu dan pemiliknya, maka Allah سبحانه و تعال telah menyatakan ketidaksetaraan antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu, sebagaimana Allah membedakan antara penghuni neraka dengan penghuni surga. Allah سبحانه و تعال berfirman,
Dua belas. Allah سبحانه و تعال memposisikan orang-orang bodoh sebagai orang-orang buta. Allah سبحانه و تعال berfirman,
Tiga belas. Allah سبحانه و تعال menyatakan bahwa orang-orang berilmu mengakui bahwa apa yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya adalah benar adanya. Allah menjadikan hal ini sebagai pujian bagi mereka, sedangkan pengakuan mereka tersebut merupakan kesaksian. Allah berfirman,
Lima belas. Allah سبحانه و تعال memberikan kesaksian bagi orang-orang berilmu. Yakni sebuah kesaksian yang di dalamnya terkandung makna bahwa Dia menjadikan mereka sebagai saksi atas kebenaran apa yang Dia turunkan kepada Rasul-Nya. Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Katakanlah (Muhammad), tidak sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui." (az-Zumar: 9)
"Tidak sama antara penghuni neraka dan penghuni surga." (al-Hasyr: 20)Ini menunjukkan tingginya kemuliaan dan keutamaan mereka.
Dua belas. Allah سبحانه و تعال memposisikan orang-orang bodoh sebagai orang-orang buta. Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Apakah orang yang mengetahui bahwa hanya kebenaran yang diturunkan kepadamu sama dengan orang buta?" (ar-Ra'ad: 19)Jadi di sini hanya ada dua komunitas, yaitu orang-orang berilmu dan orang- orang bodoh. Dan di dalam beberapa ayat Al-Qur'an, Allah سبحانه و تعال menyebutkan bahwa orang-orang bodoh adalah orang yang tuli, bisu, dan buta.
Tiga belas. Allah سبحانه و تعال menyatakan bahwa orang-orang berilmu mengakui bahwa apa yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya adalah benar adanya. Allah menjadikan hal ini sebagai pujian bagi mereka, sedangkan pengakuan mereka tersebut merupakan kesaksian. Allah berfirman,
"Dan orang-orang yang diberikan ilmu bahwa yang diturunkan kepadamu dari Tuhannya adalah kebenaran." (Sabaa": 6)Empat belas. Allah سبحانه و تعال memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk bertanya dan merujuk kepada pendapat-pendapat mereka, dan Allah سبحانه و تعال menjadikan hal itu sebagai kesaksian bagi mereka. Allah berfirman,
"Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelum kamu ya Muhammad, melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami wahyu kepada mereka. Maka, tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui." (al- Anbiyaa": 7)Ahl adz-dzikr adalah orang-orang berilmu yang mengetahui apa yang Allah سبحانه و تعال turunkan kepada para nabi-Nya.
Lima belas. Allah سبحانه و تعال memberikan kesaksian bagi orang-orang berilmu. Yakni sebuah kesaksian yang di dalamnya terkandung makna bahwa Dia menjadikan mereka sebagai saksi atas kebenaran apa yang Dia turunkan kepada Rasul-Nya. Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Maka patutkah saya mencari hakim selain Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al-Qur'an) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka mengetahui bahwa al-Qur'an itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka, janganlah kamu sekali- kali termasuk orang yang ragu-ragu." (al-An'aam: 114)Enam belas. Allah سبحانه و تعال menghibur Nabi-Nya dengan keimanan orang-orang yang berilmu dan memerintahkan kepadanya untuk tidak mempedulikan orang-orang bodoh. Karena itu, Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Dan Al-Qur'an itu telah Kami turunkan secara berangsur-angsur agar kamu membacanya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. Katakanlah, 'Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi peringatan sebelumnya apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud.' Dan mereka berkata, 'Maha Suci Tuhan kami. Sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi.'" (al-lsraa : 106-108)Ini merupakan penghargaan sangat besar bagi orang-orang berilmu, yang di balik
penghargaan tersebut tersirat bahwa orang-orang yang berilmu telah mengetahui,
beriman, dan membenarkan Al-Qur'an, walaupun orang lain tidak beriman.
Tujuh belas. Allah سبحانه و تعال memuji dan memuliakan orang berilmu karena mereka
menjadikan kitab Allah sebagai tanda-tanda yang jelas yang ada di dada mereka. Ini
adalah kelebihan dan keistimewaan mereka yang tidak dipunyai oleh yang lain.
Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Dan demikian pulalah Kami turunkan kepadamu Al-kitab (Al-Qur'an). Maka orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka Al-kitab (Taurat) mereka beriman kepadanya (Al-Qur'an) dan di antara mereka (kafir Mekah) ada yang beriman kepadanya. Dan tidak adalah yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang kafir. Kamu tidak pernah membaca sebelum (Al-Qur'an) suatu kitab pun dan kamu tidak pernah menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu. Andaikata kamu pernah menulis dan membaca, benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu). Sebenarnya Al-Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim." (al-'Ankabuut: 47-49)Ayat di atas mempunyai dua makna, yang keterkaitan antara keduanya sangat erat dan tiada pertentangan. Kedua makna tersebut, pertama, bahwa Al-Qur'an terpatri dan terpelihara di dada orang-orang yang berilmu, dan hal ini merupakan ayat-ayat Allah سبحانه و تعال yang sangat jelas. Dengan makna ini, maka Allah سبحانه و تعال menjelaskan tentang Al-Qur'an dengan dua hal. (a) Al-Qur'an adalah tanda-tanda yang nyata. (b) Al-Qur'an terpatri, terpelihara, dan terjaga di dada orang-orang yang berilmu. Kedua, Al-Qur'an itu adalah tanda-tanda yang jelas di dada mereka. Artihya, Al-Qur'an adalah tanda-tanda yang jelas yang mereka ketahui dan terpatri di dada mereka. Kedua makna ini merupakan pujian bagi mereka, karena di dalamnya mengandung pujian bagi mereka, dan renungkanlah hal ini.
Delapan belas. Allahسبحانه و تعال memerintahkan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم untuk meminta tambahan ilmu dari Allah سبحانه و تعال. Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu dan katakanlah, 'Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.'" (Thaahaa: 114)Hal ini cukup menunjukkan kemuliaan ilmu, karena Allah سبحانه و تعال memerintahkan Nabi-Nya untuk meminta tambahan darinya.
Sembilan belas. Allah سبحانه و تعال memberitahukan secara khusus tentang tingginya derajat orang yang beriman dan orang yang berilmu. Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, 'Berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberikan ilmu pengetahuan beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (al-Mujaadalah: 11)Terdapat empat tempat di dalam Al-Qur'an di mana Allah سبحانه و تعال memberitakan tingginya derajat prang yang berilmu, ayat di atas adalah yang pertama. Kedua, firman Allah سبحانه و تعال,
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. Yaitu, orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dan rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki yang mulia." (al-Anfaal: 2-4)Ketiga, firman Allah سبحانه و تعال,
"Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh- sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang telah memperoleh tempat-tempat yang mulia." (Thaahaa: 75)Keempat, firman Allah سبحانه و تعال,
"Dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang duduk dengan pahala yang besar, yaitu beberapa derajat daripada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(an-Nisaa*: 95- 96)
Inilah empat tempat tersebut yang di tiga tempat pertamanya menunjukkan tingginya derajat orang yang beriman yaitu ilmu bermanfaat dan amal saleh. Sedangkan yang keempat menunjukkan ketinggian derajat mereka dengan ilmu dan jihad, yang dengan keduanya merupakan pilar agama.
Dua puluh. Pada hari kiamat Allah سبحانه و تعال menjadikan orang-orang yang berilmu dan beriman sebagai saksi atas kebatilan perkataan orang-orang kafir. Allahسبحانه و تعال
berfirman,
"Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, 'Mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat saja.' Seperti demikianlah mereka selalu berpaling dari kebenaran. Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang kafir), 'Sesungguhnya kamu telah berdiam dalam kubur menurut ketetapan Allah, sampai hari bangkit. Maka, inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakininya.' (ar-Ruum: 55-56)Dua puluh satu. Allah سبحانه و تعال memberitakan bahwa mereka adalah orang-orang yang takut kepada-Nya, bahkan Allah mengkhususkan mereka dalam hal itu. Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Sesungguhnya hanya orang berilmu dari hamba-hamba-Nya yang takut kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (Faathir: 28)Ini menunjukkan bahwa hanya orang-orang berilmulah yang takut kepada-Nya. Allah سبحانه و تعال juga berfirman,
"Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Aden yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridhla kepada-Nya. Yang demikian itu adalah balasan bagi orang takut kepada Tuhannya." (al-Bayyinah: 8)Dengan demikian, ini menunjukkan bahwa pahala yang disebutkan pada dua teks hanya untuk para ulama. Ibnu Mas'ud r.a. berkata, "Takut kepada Allah سبحانه و تعال merupakan sebuah ilmu (pengetahuan) dan lalai dari Allah merupakan kebodohan."
Dua puluh dua. Di dalam Al-Qur'an, Allah سبحانه و تعال memberitahukan bahwa Dia membuat perumpamaan-perumpamaan yang Dia buat bagi hamba-hamba-Nya untuk menunjukkan kebenaran risalah yang Dia turunkan. Allah سبحانه و تعال juga memberitahukan bahwa hanya orang-orang yang berilmulah yang dapat mengambil manfaat dari perumpamaan-perumpamaan tersebut serta hanya merekalah yang mengetahuinya.
Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Dan perumpamaan ini Kami buatkan bagi manusia dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu." (al-'Ankabuut: 43)Di dalam Al-Qur'an terdapat lebih dari empat puluh perumpamaan. Dahulu ada beberapa ulama salaf yang ketika membaca satu perumpamaan di dalam Al-Qur'an dan tidak memahaminya, maka mereka akan menangis seraya berkata, "Kami tidak termasuk golongan ulama."
Dua puluh tiga. Allah سبحانه و تعال mengisahkan tentang perdebatan antara Nabi Ibrahim dengan ayah dan kaumnya, serta mengisahkan tentang kemenangan Nabi Ibrahim a.s. atas mereka dengan argumentasi yang ia ajukan. Allahسبحانه و تعال juga memberitahukan bahwa Dia mengangkat derajat Nabi Ibrahim a.s. dengan mengajarkan kepadanya argumentasi. Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Dan itulah hujjah (argumentasi) kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui." (al-An'aam: 83)Zaib bin Aslam r.a. berkata bahwa makna ayat di atas adalah, "Kami (Allah) mengangkat derajat orang yang Kami inginkan dengan ilmu argumentasi."
Dua puluh empat. Allah سبحانه و تعال memberitahukan bahwa Dia telah menciptakan makhluk dan menetapkan Baitul Haram, Syahrul Haram (bulan-bulan yang suci) dan kurban supaya hamba-Nya tahu bahwa Dia Maha Mengetahui dan Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allah سبحانه و تعال berfirman,
Dua puluh lima. Allah سبحانه و تعال memerintahkan orang-orang berilmu untuk bergembira dengan apa yang Dia berikan kepada mereka. Juga memberitahukan bahwa ilmu yang mereka dapatkan lebih baik dari apa yang dikumpulkan manusia. Allah سبحانه و تعال berfirman,
Dua puluh enam. Allah سبحانه و تعال bersaksi bahwa seseorang yang telah Dia beri ilmu sesungguhnya telah Dia berikan kebaikan yang sangat berlimpah. Allah سبحانه و تعال berfirman,
Dua puluh tujuh. Allah سبحانه و تعال menyebutkan satu persatu nikmat dan anugerah- Nya kepada Rasul-Nya dan menjadikan anugerah-Nya yang paling agung adalah kitab, hikmah, dan ilmu yang diajarkan kepadanya yang sebelumnya tidak ia ketahui. Allah سبحانه و تعال berfirman,
Hingga akhir kisah Adam a.s. dan perintah Allah kepada malaikat untuk bersujud kepada Adam a.s., serta keenggananan iblis untuk melakukannya, sehingga Allah سبحانه و تعال melaknatnya dan mengeluarkannya dari langit. Penjelasan keutamaan ilmu dalam kisah ini dari berbagai segi.
Kesatu, Allah سبحانه و تعال menjawab pertanyaan para malaikat tentang bagaimana Dia menjadikan di bumi ini orang yang lebih taat kepada-Nya dari para malaikat, Allah سبحانه و تعال berfirman,
Kedua, tatkala Allah سبحانه و تعال ingin menampakkan keutamaan, kelebihan dan keistimewaan Adam a.s., maka Allah SWT mengajarkan kepadanya ilmu. Kemudian Allah سبحانه و تعال semua nama dan mengemukakannya kepada para malaikat. Lalu Allah berfirman,
Ketiga. tatkala Allah سبحانه و تعال memberitahu para malaikat akan keutamaan Adam a.s dengan ilmu yang Dia ajarkan, serta memberitahukan ketidakmampuan mereka untuk mengetahui apa yang telah diketahui Adam, Allah سبحانه و تعال berfirman,
Keempat, Allah سبحانه و تعال menjadikan dalam diri Adam sifat-sifat kesempurnaan yang dengannya ia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Allah سبحانه و تعال ingin menampakkan kepada para malaikat keutamaan dan kemuliaan Adam a.s., maka Dia menampakkan kepada para malaikat hal terbaik yang dimiliki Adam, yaitu ilmu. Ini menunjukkan bahwa ilmu merupakan hal yang termulia dalam diri manusia. Juga menunjukkan bahwa keutamaan serta kemuliaan manusia terletak pada ilmu. Hal ini serupa dengan apa yang Allah lakukan kepada Nabi Yusuf a.s., tatkala ingin menampakkan keutamaan dan kemuliannya kepada orang-orang yang hidup pada masanya. Maka, Allah سبحانه و تعال mengajarkan kepadanya ilmu takwil mimpi. Sehingga, tatkala Raja Mesir bermimpi dan para ahli tabir mimpi tidak mampu menakwilkannya, maka Allah menampakkan kelebihan Nabi Yusuf a.s. tersebut. Setelah mengetahui hal itu, sang raja pun percaya kepadanya, menjadikannya sebagai orang terdekat dan menyerahkan tugas bendahara negara kepadanya. Padahal sebelum itu, sang raja telah memenjarakannya karena ketampanan wajah dan keindahan perawakan tubuhnya. Namun, tatkala sang raja mengetahui ilmu dan pengetahuannya, dia membebaskannya dan memberikan jabatan yang tinggi kepadanya. Ini menunjukkan bahwa ilmu keturunan Adam a.s. lebih mempesona dan lebih mulia daripada bentuk tubuh, meskipun itu bentuk yang paling indah. Ini merupakan sisi tersendiri dalam keutamaan ilmu, yang jika ditambahkan dengan keutamaan-
keutamaan sebelumnya, maka seluruhnya berjumlah tiga puluh.
Tiga puluh satu. Di dalam Al-Qur'an Allah سبحانه و تعال berulang kali mencela orang-orang bodoh. Allah سبحانه و تعال berfirman,
Tiga puluh dua. Sesungguhnya ilmu adalah kehidupan dan cahaya. Sedangkan, kebodohan adalah kematian dan kegelapan. Semua keburukan penyebabnya adalah tidak adanya kehidupan (hati) dan cahaya. Semua kebaikan sebabnya adalah cahaya dan kehidupan (hati). Sesungguhnya cahaya itu menyingkap hakikat segala sesuatu dan menjelaskan tingkatan-tingkatannya. Dan, kehidupan adalah pembukti sifat-sifat kesempurnaan yang mengharuskan munculnya pembenaran terhadap ucapan dan perbuatan. Karena itu setiap kali dia berbuat dalam kehidupan, maka semuanya adalah kebaikan, seperti rasa malu yang disebabkan oleh kesempurnaan kehidupan hati, pemahamannya terhadap hakekat keburukan, dan ketakutannya dari keburukan. Sebaliknya, kebodohan dan keburukan yang disebabkan oleh kematian hati dan tidak takutnya kepada yang buruk. Ini seperti kehidupan di mana hujan adalah sebab kehidupan segala sesuatu. Allah berfirman,
Kedua, orang-orang beriman namun tidak membaca Al-Qur'an. Mereka ini di
bawah tingkatan golongan pertama.
Kedua golongan ini adalah orang-orang yang berbahagia. Dan Rasulullah صلى الله عليه وسلم membagi orang-orang menderita menjadi dua golongan.
Pertama, orang-orang yang membaca Al-Qur'an tanpa keimanan. Mereka adalah orang munafik. Kedua, orang-orang yang tidak beriman dan tidak mendapatkan cahaya Al-Qur'an. Maksudnya, Al-Qur'an dan iman adalah dua cahaya yang diletakkan Allah سبحانه و تعال di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Keduanya merupakan pangkal dari segala kebaikan di dunia dan di akhirat. Pengetahuan tentang keduanya merupakan ilmu yang paling tinggi dan mulia. Bahkan, tidak ada ilmu yang dapat memberikan manfaat kepada pemiliknya kecuali ilmu tentang keduanya. "Dan Allah menunjuki orang yang dikendakinya kepada jalan lurus." (al-Baqarah: 213)
Tiga puluh tiga. Allah سبحانه و تعال menjadikan hewan buruan yang ditangkap dengan bantuan anjing yang tak terlatih sebagai jenis bangkai yang haram dimakan. Namun, Allah سبحانه و تعال menghalalkan hewan buruan yang ditangkap dengan bantuan anjing terlatih. Hal ini juga menunjukkan kemuliaan ilmu, sebab hanya yang ditangkap oleh anjing terlatih yang halal dimakan, dan sebaliknya anjing yang tidak terlatih hasil buruannya haram dimakan. Allah berfirman,
Tiga puluh empat. Allah سبحانه و تعال mengisahkan kepada kita tentang Nabi Musa a.s., yang Dia tuliskan kepadanya kitab Taurat, bahwa dia akan menemui seseorang yang alim. Allah سبحانه و تعال mengatakan bahwa Musa a.s. akan belajar dari orang tersebut dan ilmunya akan bertambah dengan belajar dari orang itu. Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Allahlah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu." (ath-Thalaaq: 12)Ini menunjukkan bahwa pengetahuan (ilmu) hamba kepada Tuhan dan sifat-Nya, serta pengetahuannya bahwa hanya Dialah yang berhak disembah merupakan tujuan dari penciptaan makhluk.
Dua puluh lima. Allah سبحانه و تعال memerintahkan orang-orang berilmu untuk bergembira dengan apa yang Dia berikan kepada mereka. Juga memberitahukan bahwa ilmu yang mereka dapatkan lebih baik dari apa yang dikumpulkan manusia. Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Katakanlah, 'Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan," (Yunus: 58)Kata fadhlul-lah (anugerah Allah) ditafsirkan sebagai keimanan, dan rahmat- Nya ditafsirkan sebagai Al-Qur'an. Adapun keimanan dan Al-Qur'an, keduanya merupakan ilmu yang bermanfaat dan amal saleh, petunjuk dan agama yang benar. Keduanya adalah ilmu dan amal yang paling mulia.
Dua puluh enam. Allah سبحانه و تعال bersaksi bahwa seseorang yang telah Dia beri ilmu sesungguhnya telah Dia berikan kebaikan yang sangat berlimpah. Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Allah memberikan hikmah kepada orang yang dikehendakinya. Dan barangsiapa yang diberikan hikmah, sungguh dia telah memperoleh kebaikan yang banyak." (al-Baqarah: 269)Ibnu Qutaibah dan mayoritas ulama berkata bahwa al-hikmah adalah mendapatkan kebenaran dan mengamalkannya, yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal saleh.
Dua puluh tujuh. Allah سبحانه و تعال menyebutkan satu persatu nikmat dan anugerah- Nya kepada Rasul-Nya dan menjadikan anugerah-Nya yang paling agung adalah kitab, hikmah, dan ilmu yang diajarkan kepadanya yang sebelumnya tidak ia ketahui. Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Dan Allah menurunkan kepadamu kitab, hikmah, dan mengajarkan kepadamu apa yang tidak kamu ketahui. Dan kemuliaan Allah kepadamu sangat besar." (an-Nisaa: 113)Dua puluh delapan. Allah سبحانه و تعال mengingatkan orang-orang mukmin akan nikmat yang Dia limpahkan kepada mereka dan memerintahkan mereka untuk mensyukurinya. Juga supaya mereka ingat bahwa nikmat tersebut adalah untuk mereka. Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Sebagaimana Kami mengutus kepada kalian seorang Rasul dari golongan kalian yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kalian, mensucikan kalian, mengajarkan kalian kitab dan hikmah, dan mengajarkan kepada kalian apa yang kalian tidak ketahui. Maka ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-Ku dan jangan kafir kepada-Ku." (al-Baqarah: 151-152)Dua puluh sembilan. Tatkala Allah سبحانه و تعال memberitahukan kepada malaikat- Nya bahwa Dia akan menjadikan seorang khalifah di atas bumi ini, para malaikat itu berkata kepada-Nya,
"Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya orang yang akan berbuat kerusakan dalam bumi dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memujimu dan senantiasa mensucikan-Mu.' Allah menjawab dengan firman-Nya, 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kalian tidak ketahui. 'Lalu Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama segala sesuatu, kemudian Allah mengemukakan nama-nama itu kepada para malaikat dan berfirman, 'Beritahukan kepada-Ku nama-nama mereka apabila kalian memang benar!' Mereka berkata, 'Maha Suci Engkau ya Allah, tidak ada ilmu yang kami miliki kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesunggunya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana." (al-Baqarah: 30-32)
Hingga akhir kisah Adam a.s. dan perintah Allah kepada malaikat untuk bersujud kepada Adam a.s., serta keenggananan iblis untuk melakukannya, sehingga Allah سبحانه و تعال melaknatnya dan mengeluarkannya dari langit. Penjelasan keutamaan ilmu dalam kisah ini dari berbagai segi.
Kesatu, Allah سبحانه و تعال menjawab pertanyaan para malaikat tentang bagaimana Dia menjadikan di bumi ini orang yang lebih taat kepada-Nya dari para malaikat, Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang kalian tidak tahu." (al-Baqarah: 30)Allah menjawab pertanyaan mereka bahwa Dia mengetahui batin dan hakikat segala sesuatu yang tidak mereka ketahui. Dialah Yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Maka, muncullah dari khalifah ini makhluk-makhluk-Nya yang terbaik, yaitu para rasul, para nabi, orang-orang saleh, para syuhada, para ulama, orang-orang yang beriman dan berilmu, yang semuanya lebih baik dari para malaikat. Dan, dari iblis lahirlah makhluk yang paling buruk di alam ini. Jadi Allah سبحانه و تعال memunculkan hamba-hamba-Nya yang taat juga makhluk-makhluk-Nya yang durhaka. Sedangkan, malaikat sebelumnya tidak memiliki pengetahuan tentang keduanya. Juga tidak mengetahui tentang hikmah yang luar biasa dari penciptaan Adam a.s. dan tinggalnya ia di bumi.
Kedua, tatkala Allah سبحانه و تعال ingin menampakkan keutamaan, kelebihan dan keistimewaan Adam a.s., maka Allah SWT mengajarkan kepadanya ilmu. Kemudian Allah سبحانه و تعال semua nama dan mengemukakannya kepada para malaikat. Lalu Allah berfirman,
"Beritahukanlah kepadaku nama-nama mereka itu apabila kalian memang orang- orang yang benar." (al-Baqarah: 33)Dalam tafsir ayat ini disebutkan bahwa para malaikat berkata, "Allah tidak akan menciptakan makhluk yang lebih mulia dari kami." Jadi mereka mengira bahwa mereka lebih baik dan lebih mulia dari khalifah yang akan Allah ciptakan di bumi ini. Maka tatkala Allah سبحانه و تعال menguji mereka dengan apa yang telah Dia ajarkan kepada khalifah tersebut, mereka mengakui kelemahan dan ketidaktahuan mereka terhadap hal-hal tersebut. Karena itu mereka berkata,
"Maha Suci Engkau yang Allah. Tidak ada ilmu yang kami miliki kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (al-Baqarah: 32)Ketika itu Allah menjelaskan keutamaan Adam karena keutamaan ilmu yang dikhususkan bagi oleh Allah. Allah berfirman,
"Wahai Adam, beritahukan kepada mereka nama-nama mereka itu. Tatkala Adam memberitahukan kepada mereka nama-namanya...." (al-Baqarah: 33)Para malaikat pun mengakui keutamaan itu.
Ketiga. tatkala Allah سبحانه و تعال memberitahu para malaikat akan keutamaan Adam a.s dengan ilmu yang Dia ajarkan, serta memberitahukan ketidakmampuan mereka untuk mengetahui apa yang telah diketahui Adam, Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Bukankah Aku telah berkata kepada kalian, 'Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia (kegaiban) langit dan bumi serta Aku mengetahui apa yang kalian nampakkan dan apa yang kalian sembunyikan." (al-Baqarah: 33)Jadi Allah سبحانه و تعال memberitahu mereka bahwa Dia Maha Mengetahui dan Dia mengetahui segala sesuatu, baik lahir maupun batin, serta mengetahui keghaiban langit dan bumi. Karena itu, Allah سبحانه و تعال memberitahu mereka tentang diri-Nya dengan sifat '11m. Allah سبحانه و تعال juga memberitahukan keutamaan Nabi-Nya dengan ilmu, serta memberitahukan ketidakmampuan mereka mengetahui ilmu yang Allah berikan kepada Adam a.s.. Maka, tentulah semua ini cukup sebagai bukti akan kemuliaan ilmu.
Keempat, Allah سبحانه و تعال menjadikan dalam diri Adam sifat-sifat kesempurnaan yang dengannya ia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Allah سبحانه و تعال ingin menampakkan kepada para malaikat keutamaan dan kemuliaan Adam a.s., maka Dia menampakkan kepada para malaikat hal terbaik yang dimiliki Adam, yaitu ilmu. Ini menunjukkan bahwa ilmu merupakan hal yang termulia dalam diri manusia. Juga menunjukkan bahwa keutamaan serta kemuliaan manusia terletak pada ilmu. Hal ini serupa dengan apa yang Allah lakukan kepada Nabi Yusuf a.s., tatkala ingin menampakkan keutamaan dan kemuliannya kepada orang-orang yang hidup pada masanya. Maka, Allah سبحانه و تعال mengajarkan kepadanya ilmu takwil mimpi. Sehingga, tatkala Raja Mesir bermimpi dan para ahli tabir mimpi tidak mampu menakwilkannya, maka Allah menampakkan kelebihan Nabi Yusuf a.s. tersebut. Setelah mengetahui hal itu, sang raja pun percaya kepadanya, menjadikannya sebagai orang terdekat dan menyerahkan tugas bendahara negara kepadanya. Padahal sebelum itu, sang raja telah memenjarakannya karena ketampanan wajah dan keindahan perawakan tubuhnya. Namun, tatkala sang raja mengetahui ilmu dan pengetahuannya, dia membebaskannya dan memberikan jabatan yang tinggi kepadanya. Ini menunjukkan bahwa ilmu keturunan Adam a.s. lebih mempesona dan lebih mulia daripada bentuk tubuh, meskipun itu bentuk yang paling indah. Ini merupakan sisi tersendiri dalam keutamaan ilmu, yang jika ditambahkan dengan keutamaan-
keutamaan sebelumnya, maka seluruhnya berjumlah tiga puluh.
Tiga puluh satu. Di dalam Al-Qur'an Allah سبحانه و تعال berulang kali mencela orang-orang bodoh. Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Tetapi sebagian besar dari mereka tidak mengetahui." (al-An'aam: 111)
"Tetapi sebagian besar dari mereka tidak mengetahui." (al-An'aam: 37)
"Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)." (al-Furqaan: 44)Allah سبحانه و تعال idak saja menyerupakan orang-orang bodoh dengan binatang, bahkan Allah menjadikan mereka lebih sesat dari binatang tersebut. Allah berfirman,
"Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli tidak mengerti apa pun." (al-Anfaal: 22)Di dalam ayat ini Allah سبحانه و تعال mengabarkan bahwa orang-orang bodoh adalah binatang yang paling buruk dengan berbagai jenisnya, seperti keledai, binatang buas, anjing, bakteri, dan jenis-jenis hewan lainnya. Maka, orang-orang bodoh lebih buruk dari binatang-binatang tersebut. Tidak ada yang lebih bahaya bagi agama yang dibawa para rasul selain dari orang-orang bodoh. Bahkan pada hakikatnya mereka itu adalah musuh-musuh para rasul. Walaupun Allah سبحانه و تعال telah melindungi Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. dari kebodohan, namun Allah سبحانه و تعال tetap berfirman kepada beliau,
"Maka, janganlah kalian menjadi golongan orang-orang bodoh." (al-An'aam: 35)Allah سبحانه و تعال mengisahkan kata Kalimul-Lah, Musa a.s. yang berkata,
"Saya berlindung kepada Allah dari menjadi orang-orang bodoh." (al-Baqarah: 67)Dan Allah berfirman kepada rasul-Nya yang pertama, Nuh a.s.,
"Sesungguhnya Aku menasehatimu untuk tidak menjadi bagian dari golongan orang-orang bodoh." (Hud: 46)Demikianlah gambaran tentang ihwal orang-orang yang bodoh di sisi Allah سبحانه و تعال dan yang dikemukakan pertama adalah ihwal orang-orang yang berilmu di sisi-Nya. Allah سبحانه و تعال memberitakan tentang hukuman terhadap musuh-musuh-Nya, yaitu Allah menghalangi mereka untuk mengetahui, mengenali, dan memahami Kitab Allah. Allah berfirman,
"Dan apabila kamu membaca Al-Qur'an, niscaya Kami akan adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup. Dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya." (al-lsraa : 45-46)Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk berpaling dari mereka,
"Dan berpalinglah dari orang-orang bodoh itu." (al-A'raaf: 99)Allah سبحانه و تعال memuji hamba-hamba-Nya yang berpaling dan meninggalkan orang- orang bodoh tersebut,
"Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan berkata, 'Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amalmu. Kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang yang jahil." (al-Qashash: 55)Allah berfirman,
"Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata- kata yang baik." (al-Furqaan: 63)Semuanya ini menunjukkan buruknya kebodohan; dan kebencian Allah terhadapnya dan terhadap orang-orang bodoh. Manusia juga membenci kebodohan dan orang-orang yang bodoh tersebut. Setiap orang tidak mau dikatakan sebagai salah satu dari mereka, meskipun terkadang hal itu adalah sifat mereka.
Tiga puluh dua. Sesungguhnya ilmu adalah kehidupan dan cahaya. Sedangkan, kebodohan adalah kematian dan kegelapan. Semua keburukan penyebabnya adalah tidak adanya kehidupan (hati) dan cahaya. Semua kebaikan sebabnya adalah cahaya dan kehidupan (hati). Sesungguhnya cahaya itu menyingkap hakikat segala sesuatu dan menjelaskan tingkatan-tingkatannya. Dan, kehidupan adalah pembukti sifat-sifat kesempurnaan yang mengharuskan munculnya pembenaran terhadap ucapan dan perbuatan. Karena itu setiap kali dia berbuat dalam kehidupan, maka semuanya adalah kebaikan, seperti rasa malu yang disebabkan oleh kesempurnaan kehidupan hati, pemahamannya terhadap hakekat keburukan, dan ketakutannya dari keburukan. Sebaliknya, kebodohan dan keburukan yang disebabkan oleh kematian hati dan tidak takutnya kepada yang buruk. Ini seperti kehidupan di mana hujan adalah sebab kehidupan segala sesuatu. Allah berfirman,
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang; dengan cahaya itu dia berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya?" (al-An'aam: 122)Hatinya pernah mati karena kebodohan, lalu Allah menghidupkannya dengan ilmu dan memberinya iman sebagai cahaya yang dipakai untuk berjalan di tengah- tengah masyarakat manusia. Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Wahai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmatnya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (al-Hadiid: 28)
"Allah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya." (al-Baqarah: 257)
"Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelum kamu tidaklah mengetahui apakah Al-kitab (Al-Qur'an) dan tidakpula mengetahui apakah iman itu. Tetapi, Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (asy- Syuuraa: 52)Allah سبحانه و تعال menyatakan bahwa Al-Qur'an itu adalah ruh yang menyebabkan adanya kehidupan, dan cahaya yang menyebabkan adanya penerangan. Dengan demikian, dia menghimpun dua asas, yaitu kehidupan dan cahaya. Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, (dan dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus." (al- Maa idah: 15-16)
"Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada cahaya yang Kami turunkan. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu perbuat." (at-Taghaabun: 8)
"Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu suatu bukti dari Tuhan kamu dan Kami telah menurunkan cahaya yang menerangkan. "(an-Nisaa:174)
"Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu dan mengutus seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dari kegelapan kepada cahaya." (ath-Thalaaq: 10-11)
"Allah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca dan kaca itu seakan-akan bintang yang becahaya seperti mutiara yang dinyalakan di dalamnya dengan minyak dan pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah (barat)nya, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (belapis-lapis). Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (an-Nuur: 35)
Di dalam ayat ini Allah سبحانه و تعال membuat perumpamaan bagi cahaya-Nya yang Dia tanamkan dalam hati orang yang beriman, sebagaimana yang dikatakan oleh Ubai bin Ka'ab r.a., "Allah membuat perumpamaan atas cahaya-Nya yang terdapat dalam hati orang beriman, yaitu Al-Qur'an dan iman yang diberikan kepadanya sebagaimana dalam firman-Nya pada akhir ayat, "Cahaya di atas cahaya." (an-Nuur: 35)Yakni cahaya iman di atas cahaya Al-Qur'an." Juga sebagaimana dikatakan beberapa ulama salaf, "Seorang mukmin dapat berbicara berdasarkan hikmah meskipun dia tidak pernah mendengarnya dari riwayat. Dan apabila ia pernah mendengarnya dari riwayat, maka itu ibarat cahaya di atas cahaya." Di dalam Al-Qur'an beberapa kali Allah سبحانه و تعال mengulang penyebutan kedua cahaya ini, yaitu Al-Qur'an dan iman secara bersamaan, seperti dalam firman-Nya,
"Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apa itu Al-kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami." (asy-Syuuraa: 52)
"Katakanlah, 'Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (Yunus: 58)Karunia Allah adalah Al-Qur'an dan rahmat-Nya adalah keimanan.
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia serupa dengan keadaan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya." (al-An'aam: 122)Mengenai ayat ini telah dijelaskan di depan. Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Cahaya di atas cahaya" (an-Nuur: 35)Yaitu cahaya iman di atas cahaya Al-Qur'an. Dalam hadits an-Nuwas bin Sam'an r.a. mengenai ayat 25 surah Yunus,"Sesungguhnya Allah membuat suatu perum- pamaan jalan lurus dan pada kedua tepinya ada dua rumah. Keduanya memiliki pintu yang terbuka, dan di atas pintu ada tirai dan seseorang yang menyeru ke jalan tersebut dan di atasnya ada seorang lagi yang menyeru, 'Allah mengajak kepada tempat keselamatan dan menunjuki orang yang dikehendakinya kepada jalan lurus," Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda,
"Pintu-pintu yang berada di pinggir jalan adalah hukum-hukum Allah. Jadi tidak ada orang yang sampai ke hukum-hukum Allah tersebut sebelum tirainya disingkapkan. Adapun orang yang menyeru dari atasnya adalah penasehat dari Tuhan." (HR Tirmidzi).Sedangkan riwayat dan lafal Imam Ahmad adalah,
"Dan penyeru di ujung jalan adalah kitab Allah dan penyeru dari atas jalan adalah penasehat Allah yang ada dalam hati setiap orang mukmin. "(HR Ahmad dan Hakim)Jadi dia menyebutkan dua pokok, yaitu Al-Qur'an dan iman, yang keduanya merupakan penyeru dari-Nya. Hudzaifah mengatakan bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم,
"Sesungguhnya keimanan itu turun ke relung hati orang-orang, setelah itu turun Al-Qur'an kepadanya. Maka, terlebih dahulu mereka mengetahui dari keimanan kemudian mereka mengetahui Al-Qur'an."(HR Bukhari dan Muslim)Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
"Perumpamaan orang-orang mukmin yang membaca Al-Qur'an adalah seperti buah atrujah (limau), rasanya enak dan baunya harum. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur'an adalah seperti buah kurma, rasanya enak namun tidak memiliki aroma. Dan, perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur'an adalah seperti tumbuhan wangi-wangian, baunya harum namun pahit rasanya. Sedangkan, perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur'an adalah seperti buah Hanzhalah (sejenis labu), rasanya pahit dan tidak berbau." (HR Bukhari dan Muslim)Di dalam hadits di atas Rasulullah صلى الله عليه وسلم membagi manusia menjadi empat bagian. Pertama, orang-orang yang beriman dan selalu membaca Al-Qur'an. Mereka ini adalah orang-orang yang terbaik.
Kedua, orang-orang beriman namun tidak membaca Al-Qur'an. Mereka ini di
bawah tingkatan golongan pertama.
Kedua golongan ini adalah orang-orang yang berbahagia. Dan Rasulullah صلى الله عليه وسلم membagi orang-orang menderita menjadi dua golongan.
Pertama, orang-orang yang membaca Al-Qur'an tanpa keimanan. Mereka adalah orang munafik. Kedua, orang-orang yang tidak beriman dan tidak mendapatkan cahaya Al-Qur'an. Maksudnya, Al-Qur'an dan iman adalah dua cahaya yang diletakkan Allah سبحانه و تعال di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Keduanya merupakan pangkal dari segala kebaikan di dunia dan di akhirat. Pengetahuan tentang keduanya merupakan ilmu yang paling tinggi dan mulia. Bahkan, tidak ada ilmu yang dapat memberikan manfaat kepada pemiliknya kecuali ilmu tentang keduanya. "Dan Allah menunjuki orang yang dikendakinya kepada jalan lurus." (al-Baqarah: 213)
Tiga puluh tiga. Allah سبحانه و تعال menjadikan hewan buruan yang ditangkap dengan bantuan anjing yang tak terlatih sebagai jenis bangkai yang haram dimakan. Namun, Allah سبحانه و تعال menghalalkan hewan buruan yang ditangkap dengan bantuan anjing terlatih. Hal ini juga menunjukkan kemuliaan ilmu, sebab hanya yang ditangkap oleh anjing terlatih yang halal dimakan, dan sebaliknya anjing yang tidak terlatih hasil buruannya haram dimakan. Allah berfirman,
"Mereka menanyakan kepadamu, 'Apakah yang dihalalkan bagi mereka?' Katakanlah, ‘Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka' makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepasnya). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cermat hisab-Nya" (al-Maa idah: 4)Seandainya bukan karena keistimewaan dan kemuliaan ilmu, pasti hewan buruan anjing yang terlatih sama hukumnya dengan anjing yang tak terlatih.
Tiga puluh empat. Allah سبحانه و تعال mengisahkan kepada kita tentang Nabi Musa a.s., yang Dia tuliskan kepadanya kitab Taurat, bahwa dia akan menemui seseorang yang alim. Allah سبحانه و تعال mengatakan bahwa Musa a.s. akan belajar dari orang tersebut dan ilmunya akan bertambah dengan belajar dari orang itu. Allah سبحانه و تعال berfirman,
"Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya, 'Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun." (al-Kahfi: 60)Nabi Musa a.s. berkata demikian karena keinginannya yang menggebu-gebu belajar kepadanya. Tatkala bertemu dengannya, Nabi Musa a.s. bersikap sebagai seorang murid kepada gurunya seraya berkata,
"Musa berkata kepada Khidir, 'Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?'" (al-Kahfi: 66)Setelah mengucapkan salam kepada orang alim tersebut, Nabi Musa a.s. meminta izin untuk mengikutinya dan bahwa dia tidak akan mengikutinya kecuali dengan seizinnya. Nabi Musa a.s. berkata,
"Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar?" (al-Kahfi: 66)Jadi Nabi Musa a.s. tidak datang kepada alim tersebut untuk menguji dan mendebatnya, tetapi ia datang untuk belajar dan menambah ilmunya. Cukuplah ini menjadi bukti kemuliaan dan ketinggian ilmu. Kalimullah, Nabi Musa a.s. melakukan perjalanan hingga merasakan keletihan untuk mempelajari tiga masalah dari seorang alim. Dan tatkala mendengar berita mengenai orang alim tersebut, Nabi Musa a.s. tidak bisa merasa tenang. Maka ketika bertemu dengannnya, Nabi Musa a.s. meminta izin kepadanya untuk mengikutinya dan belajar darinya. Dalam kisah ini terdapat pelajaran dan hikmah yang tidak tepat untuk disebutkan di sini.
Labels:
Keutamaan-dan-Kemuliaan-llmu
Keine Kommentare: