Memulai Dakwah Dengan Tauhid Solusi Tepat Memperbaiki Ummat
“Sesungguhnya tidak ada seorang nabipun sebelumku melaikan wajib baginya
untuk menunjukkan kebaikan yang dia ketahui kepada ummatnya dan memperingatkan
mereka dari kejelekan yang dia ketahui.” (Riwayat
Muslim di dalam Kitabul Imarah, Bab Wujubul Wafa’ bi Bai’atil Awal fal Awal no:
1844 dan selainnya)
Maka para
Nabi membawa setiap kebahagiaan dan perkara yang membahagiakan manusia, akan
tetapi mereka memulai dari perkara yang terpenting, kemudian perkara penting
berikutnya.
Barangsiapa
memperhatikan Al Qur’an, niscaya dia akan melihat bahwa dakwah setiap Nabi
memiliki kesamaan yang sangat erat dalam permasalahan pokok yang agung;
diantaranya (kesamaan dalam masalah) tauhid, penetapan tentang kenabian,
penetapan adanya hari kebangkitan dan pembalasan.
Namun inti
tema dakwah mereka dan menjadi sebab pergolakan antara mereka dengan umatnya
adalah tauhid, yaitu tauhidul ibadah (mengesakan ibadah hanya kepada Allah).
Karena tidak akan engkau lihat di dalam Al Qur’an, pertentangan antara nabi
dengan ummatnya dalam perkara Tauhid Rubiyyah (keyakinan bahwa hanya Allah
sebagai pencipta, pemberi rezki dan pengatur alam semesta) dan Tauhid Asma’ wa
Sifat. Tiada keraguan sedikitpun bahwa mereka mendustakan dan mengingkari hari
kebangkitan, akan tetapi yang sangat mereka dustakan adalah dakwah kepada
pemurnian agama hanya kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala. Maka engkau lihat
ini adalah dakwah seluruh para Nabi.
Sebagaimana
Allah terangkan dalam kitab-Nya, perkara yang didahulukan oleh para Nabi adalah
memperbaiki Tauhid, memperbaiki kekurangan pada Tauhidul Ibadah. Karena yang
dilakukan pertamakali oleh Syaitan ketika merencanakan tipu dayanya kepada bani
Adam –setelah dia mengatur tipu dayanya kepada Adam dengan menjerumuskannya
memakan buah pohon (di surga)- adalah tipu daya dalam perkara Tauhidul
Ibadah.
Dikala
syetan membujuk kaum Nuh ‘alaihissalam agar menggantungkan gambar
orang-orang shaleh dan membuat patung-patung mereka, maka merekapun
melakukannya. Tatkala generasi (pertama) yang mengenal orang-orang shaleh itu
teah tiada, syetan datang kepada mereka pada kesempatan yang lain seraya
berkata: “Tidaklah ditancapkan patung orang-orang shaleh ini melainkan untuk
diibadahi.”
Nuh
‘alaihissalam senantiasa mendakwahi kaumnya selama 950 tahun, sebagaimana Allah
kisahkan dalam kitab-Nya yang mulia. Jadilah kaum Nuh sebagai kaum yang jelek,
paling dhalim dan paling melempaui batas. Nuh ‘alaihissalam mendakwahi kaumnya
selama 950 tahun namun tidaklah beriman kepadanya kecuali sedikit. Berapa banyak
generasi dan abad yang telah dilalui oleh Nuh? Sembilan ratus lima puluh tahun.
Toh demikian tidaklah menambah mereka kecuali penentangan dan
kesombongan. Maka Nuh mendoakan kejelekan, sehingga Allah Tabaraka wa
Ta’ala membinasakan mereka. Dan Allah mengeluarkan dari anak cucu Nuh,
berupa anak cucu yang tunduk kepada Allah. Namun syetan menyambar mereka dengan
sangat cepat, kemudian menjerumus-kan mereka ke dalam lumpur kesyirikan terhadap
Allah ‘azza wa jalla.
Demikianlah. Setiapkali datang seorang Nabi, yang dengan diutusnya Nabi
tersebut Allah selamatkan Bani Adam, maka tidaklah waktu berlalu sebentar saja
kecuali syetan akan datang dan mengelabui dengan tipudaya seperti yang dilakukan
terdadap kaum Nuh. Syetan akan senantiasa melancarkan tipudaya ini sampai hari
kiamat.
Maka
sepantasnya bagi siapapun yang siap berdakwah kepada Allah ‘azza wa jalla agar
menjadikan dakwahnya seperti dakwahnya para Nabi ‘alaihimussalatu wassalam
disaat menghadapi berbagai tipudaya syetan terhadap bani Adam ini, yaitu dengan
caranya para Rasul. Hadapilah beragam tipudaya ini dengan mengawalinya melalui
perbaikan Tauhid Masyarakat, baik masyarakat Islam atau non Islam, karena telah
terdapat penyelewengan yang sangat jauh dalam perkara (tauhid)
ini.
Da’i yang
ikhlas, yang ingin menelusuri jejak para Nabi dan ingin memperbaiki keadaan umat
dengan perbaikan yang benar, yang pertama harus dia obati adalah penyelewengan
dalam perkara tauhid. Apabila engkau melihat seorang da’i berjalan di atas
petunjuk dan bimbingan. Dan apabila engkau melihat ada seorang da’i berbelok ke
kanan, ke politik, atau ke yang lainnya, maka tidak ragu bahwa orang ini berada
dalam kebimbangan. Tidak ragu lagi, dia melenceng dari dakwah yang disyariatkan
dan diwajibkan oleh Allah terhadap seluruh Nabi, mulai Nabi yang pertama hingga
Nabi yang terakhir. Allah ‘azza wa jalla berfirman:
“Sungguh
Kami telah mengutus kepada setiap ummat seorang Rasul (agar menyerukan:)
beribadahlah kepada Allah dan Jauhilah Thagut.” (An Nahl:
36)
Apakah yang
dimaksud dengan thagut di ayat ini? Karena saat ini ada yang memaknakan thogut
pada ayat ini berbeda dengan makna thogut yang dimaukan oleh Al
Qur’an.
“Jauhilah
togut” adalah: (Jauhilah) peribadahan kepada berhala-berhala dan jauhilah
perbuatan syirik kepada Allah ‘azza wa jalla.
Maka
perbaikilah (ummat ini) dengan menghancurkan toghut-toghut dalam jiwa manusia.
Setelah abik aqidah ummat manusia, maka akan baik sisi kehidupan mereka. Jika
seseorang ridho Allah sebagai Rabb dan sesembahannya yang benar, dan tidak ada
sesembahan yang bernar kecuali Dia, niscaya dia tidak akan tunduk kepada
undang-undang timur dan barat selama-lamanya, karena ia ridho Allah sebagai
Rabbnya, Islam sebagai agamanya. Sehinga ia akan membuang undang-undang dan
peraturan-peraturan buatan manusia.
Adapun
kalau engkau mengawali (perbaikan Ummat) dengan hanya memperbaiki masalah
politik dan menyibukkan pemuda dengan masalah seperti ini, berarti engkau
menutupkan tabir terhadap dakwah para Nabi. Ini merupakan kesalahan yang fatal
yang menimpa para da’i. Yang segera mereka dapatkan –disebabkan dakwah yang
seperti ini- adalah dampak negatif. Bukanlah aku orang yang- demi Allah- lebih
tahu, lebih sayang, dan lebih cemburu dibandingkan Allah dan Rasul-Nya
‘alaihishshalatu wassalam dari apa yang aku kira.
Jalan untuk
perbaikan ummat merupakan perkara yang sangat jelas. Ummat disetiap zaman dan
ummat Islam dari abad ke abad membutuhkan perbaikan akidah, karena kerusakan
pada masalah aqidah merayap kedalam tubuh kaum muslimin di setiap abad, baik
dalam tauhid asma’ wa sifat –yang aku kira ummat-ummat sebelumnya tidak
menyeleweng- maupun dalam hal tauhid ibadah. Apabila engkau berjalan
mengelilingi negara-negara di dunia, negara manapun yang engkau jumpai, niscaya
engkau akan melihat penyelewengan aqidah mereka dan melihat amalan-amalan mereka
di sekeliling kuburan. Yang mana mereka seharusnya malu terhadap Yahudi, Nashara
dan para penyembah patung.
Kenapa kita
berpura-pura bodoh terhadap perkara ini semua, dan pergi mendidik para pemuda
dengan pendidikan politik saja. Sedangkan kesyirikan di hadapan mereka.
Kesyirikan yang diperangi para nabi, yang telah menghabiskan masa hidup mereka
demi memerangi kesyirikan. Dan Allah membinasakan banyak ummat adalah karena
(ummat tersebut) menyelisihi para nabi dalam masalah ini, bukan karena masalah
politik atau yang lainnya. Allah membinasakan mereka karena menyelisihi para
nabi dalam masalah ini.
Wahai para
pemuda Islam, janganlah sampai kalian tertipu dengan roti politik, ambisi dan
penggodanya. Hendaklah kalian memegang teguh manhaj/metode para
nabi.
Sehingga
engkau akan melihat, siapa saja yang memperbaiki (ummat) dengan jujur dan
ikhlas, serta mengetahui Islam dengan sebenarnya, maka dia akan mengawali
pengobatannya pada perkara (tauhid) ini.
Contohnya
Ibnu Taimiyah, ia datang dalam keadaan lumpur khurafat dan kebid’ahan-kebid’ahan
sudah mengendap di tengah-tengah ummat Islam, baik masyarakatnya maupun
pemerintahnya. Maka beliau mengobati berbagai penyelewengan yang barupa
kesyirikan (dalam ibadah) dan penyelewengan dalam masalah Asma’ dan sifat.
Datang pula Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah tokoh dan mujaddid
sejati kedua setelah Ibnu Taimiyah. Beliau memulai berdakwah seperti yang
dilakukan para Nabi dan orang-orang yang melakukan
perbaikan.
Sedangkan
orang-orang yang membawa berbagai macam bendera dakwah ini (politik dan
sebagainya), dan tidak komitmen serta tidak mengetahui perkara tauhid, tidak
mengetahui bahaya syirik serta tidak mengetahui dengan jelas seluruh perkara
ini, mereka mendidik dalam lingkungan yang tidak disirami aqidah. Mereka
mendapati pergolakan politik yang terjadi antar partai, sehingga mereka
membentuk partai-partai (baru) yang membawa misi-misi Islam (namun) tidak
mengenal dakwah para nabi. Maka mereka datang seraya menerapkan politik mereka
kepada para pemuda negeri tauhid (Saudi Arabia) dalam keadaan para pemudanya
tidak mengetahui tauhid dan bahaya syirik. Sangat disayangkan dakwah mereka yang
menyelisihi manhaj para nabi ‘alaihimushshalatu wassalam tersebar di negeri
tauhid.
Demi Allah
ini adalah perang pemikiran terhadap markas anak-anak tauhid. Sudah sekian tahun
kita berusaha memberantasnya, agar keadaan kembali seperti semula. Akan tetapi
para pemuda tertipu –sangat disayangkan- mereka terikat dengan orang-orang yang
membawa lari mereka ketampat yang jauh dari kedudukan para Rasul
‘alaihimushshalatu wassalam, serta kedudukan orang-orang yang melakukan
perbaikan. Wajib atas para pemuda untuk sadar dan mengatahui pentingnya
tauhid.
Demi Allah
kami tidak melihat adanya wala’ (loyalitas) dan bara’ (berlepas
diri) pada mayoritas para pemuda di atas tauhid. Engkau akan dapati mayoritas
pemuda berloyalitas kepada para pemuja kuburan dan musuh tauhid serta yang
memerangi para pembawa bendera tauhid dan putra-putra tauhid. Orang-orang bodoh
itu tidak mengerti tentang tauhidullah dan dakwah para nabi, serta tidak
mengetahui kedudukan dakwah ini. Tatkala ingris mendirikan partai-partai di
negeri barat dan negeri-negeri kaum muslimin, barupa partai ba’ts, komunis,
sosialis dan sebagainya. Maka berkatalah mereka para “Politikus
Islam”: “Kita harus membentuk partai-partai politik.” Dan mereka
masuk ke pergolakan antar parpol dan pemerintah. Seluruhnya berkisar pergolakan
politik, sedangkan Islam, Islam dan Islam hanya sebagai simbol saja. Mereka
mendapati sekulerisme, komunisme, ba’tsi terpampang di negeri-negeri Islam,
sehingga mereka mengatakan: “Kita mengangkat syiar-syiar Islam,” maka merekapun
mengangkat syiar-syiar Islam namun kosong isinya. Demi Allah kosong dan mati,
karena kosong dari perhatian terhadap tauhid serta permusuhan terhadap
syirik.
Maka engkau
akan melihat sumber-sumber dakwah seperti ini, yang memerangi negeri ini,
terlumuri oleh syirik dan tidak menghasilkan perubahan sedikitpun di
negeri-negeri arab. Sampai hari-hari ini telah mati pentolan-pentolan pencetus
dakwah semacam ini, di atas khurafat dan kebid’ahan. Bahkan mereka pergi ke
kuburan-kuburan dengan mempersembahkan nadzar-nadzar, bunga-bunga dan ruku’
kepada kuburan-kuburan ini. Syirik menurut mereka tidak berbahaya
selama-lamanya, tauhid tidak ada nilainya, bahkan memandang bahwa tauhid memecah
belah ummat. Kenapa putra-putri tauhid tidak memikirkan tipu daya dan petaka
ini, yang membuat mereka bercerai-berai, bertikai, dan tercabik-cabik karena
dakwah yang kosong (palsu) ini.
“Dan
tidaklah Kami untus seorang Rasulpun sebelum engkau, melainkan Kami wahyukan
kepadanya bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar kecuali Aku. Maka
ibadahilah Aku.” (Al
Anbiya: 25)
La ilaha
illallah menurut
pengertian mereka adalah La Hakima illallah (Tidak ada hakim kecuali
Allah). Perkara yang paling khusus dari kekhususan Uluhiyyah (menurut mereka)
adalah tidak ada hakim kecuali Allah. Tafsir semodel ini akan membuatmu
memandang kesyrikan di depanmu seakan engkau tidak melihat apa-apa. Syirik yang
diperangi para Rasul akan dianggap sepele. Tafsir seperti ini adalah
penyimpangan terhadap makna La ilaha illallah.
Kemudian
dalam rangka tipu daya, mereka membagi tauhid menjadi empat (Tauhid Rububiyyah,
Asma wa Sifat, Uluhiyyah, ditambah satu dengan Tauhid Hakimiyyah). Setelah
beberapa hari berjalan, mereka menyelundupkan makna-makna yang mendasar terhadap
La ilaha ilallah berupa tauhid Hakimiyyah. Pahamilah tipudaya-tipudaya
politik!
La ilaha
illallah maknanya adalah La ma’buda bihaqqin illallah (Tidak ada sesembahan yang
benar kecuali Allah). Apa saja
ibadah itu? (Diantaranya ialah) sholat, puasa, zakat, haji, menyembelih kurban,
nadzar, tawakkal, pengharapan, cinta, takut (dari adzab Allah). Ini semua hanya
dipersembahkan kehadirat Allah. Tidak boleh diperuntukkan kepada
selain-Nya.
Adapun
tidak ada hakim kecuali Allah, maka ini tidak masuk ke dalam makna la ilaha
illallah selama-lamanya. Karena makna La ilaha illallah adalah tidak
ada sesembahan yang benar kecuali Allah. ‘Abid dan ma’bud, Allah
sebagai ma’bud (Yang diibadahi), sedangkan para mahluk adalah ‘abid
(yang beribadah).
Ibadah
adalah perbuatan para mahluk. Pahamilah ini!! Ibadah adalah perbuatan para
mahluk untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dia ruku’, sujud, tunduk, menangis,
bertawakkal, mengharap dan takut. Ini semua adalah sifat-sifat dan perbuatan
para mahluk, bukan sifat Al Kholiq (Pencipta), Allah Maha Tinggi dari yang
demikian itu. Maka jika kita mengatatakan: tidak ada hakim kecuali Allah,
berarti sama maknanya dengan: Tidak ada yang menyembah kecuali Allah (La ‘abida
illallah). Maha Suci dan Maha Tinggi Allah dari yang demikian itu. Pahamilah,
ini adalah penafsiran yang bathil. Yang menjungkir balikkan kaum muslimin adalah
tafsiran-tafsiran rusak terhadap La Ilaha Illallah. Demi Allah, kaum muslimin
terjungkir balik dengan adanya tafsiran-tafsiran bathil dari kalangan ahlul
kalam, filsafat dan selain mereka.
Mereka
mengatakan La ilaha Illallah maknanya adalah La Kholika Illallah, La
Raziqa Illallah, La Muhyi Illallah La Mumita Illallah: “Tidak ada Yang
menciptakan kecuali Allah, Tidak ada pemberi Rezeki kecuali Allah, Tidak ada
yang menghidupkan kecuali Allah, Tidak ada Yang Mematikan kecuali Allah.” Engkau
akan lihat (orang yang menafsirkan La Ilaha Illallah dengan tafsiran
salah tadi) dia menyembah kuburan, menyembelih kurban, nadzar dan sujud
kepadanya. Dia akan berdalih:
“Wahai
saudaraku, aku tidak menyembahnya. Aku tidak meyakini bahwa dia bisa menolak
madhorot dan mendatangkan manfaat, karena yang menolak madhorot dan memberi
manfaat adalah Allah. Aku tidak mengatakan bahwa ia Pencipta, karena aku yakin
bahwa Pencipta adalah Allah.”
Akan tetapi
dia tidak paham bahwa perbuatan-perbuatan yang dia lakukan untuk takarrub/
mendekatkan diri kepada orang-orang mati adalah ibadah. Amalan-amalan orang itu
menafikan La Ilaha Illallah. Mereka memahami La Ilaha Illallah
dengan pemahaman yang jelek, salah dan sangat jauh dari inti makna La Ilaha
Illallah yang diemban oleh para Nabi. Sehingga mereka menyembelih
dipersembahkan kepada selain Allah, nadzar dan istighotsah kepada selain Allah,
serta mereka terjerumus di berbagai bentuk-bentuk kesyirikan, karena apa? Karena
kebodohan mereka terhadap makna La Ilaha Illallah.
Lalu ketika
datang perpolitikan –di masa sekarang ini- digabungkanlah makna yang baru (yakni
La Ilaha Illallah) kepada tafsiran-tafsiran yang rusak diatas, maka
manusia bertambah binasa.
Demi Allah,
seandainya bukan karena sebab sisa-sisa kekuatan dakwah Al Imam Muhammad bin
Abdul Wahhab dan manhaj Salafy –di negeri ini- niscaya sekarang engkau akan
melihat penduduk negeri ini sujud kepada kuburan-kuburan. Akan tetapi inilah
yang menjaga mereka. Namun sewaktu-waktu –jika tidak dipertahankan perkara ini-
bisa berbahaya. Masalah ini bukan perkara remeh, sehingga kita dapat tidur, dan
membiarkan orang-orang mempermainkan akal-akal para pemuda, lalu berbasa-basi
serta mendiamkan mereka. Akan tetapi hendaknya kita memerangi dan memblokir
penyelewengan politik ini yang digunakan untuk menghancurkan negeri ini, negeri
tauhid.
Muhammad
bin Abdul Wahhab, saudara-saudaranya, putra-putranya dan pembelanya telah
mengorbankan segala apa yang mereka punyai untuk memperbaiki makna La ilaha
illallah. Maka datanglah politik jahiliyyah ini hendak menghapus pengorbanan
besar ini dan ingin meletakkan penggantinya dengan makna-makna politis dari
orang-orang yang tidak mengenal dakwah para nabi, bahkan memerangi, merendahkan
kedudukannya dan memalingkan manusia dari dakwah para nabi ini. Karena memang
para politikus adalah para khurafiyun (ahli khurafat) dan kuburiyun (penyembah
kuburan). Para politikus yang meletakkan perkara-perkara ini mayoritasnya adalah
para kubury dan khurafy musuh-musuh dakwah Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab.
Karena itulah mereka membuat aliran-aliran yang berbahaya untuk melenyapkan
dakwah ini.
Demi Allah
mereka telah mengikat anak-anak negeri ini, dan telah mengerahkan kesungguhan
serta makar yang tidak pernah mereka kerahkan sebelumnya diseluruh belahan dunia
manapun. Engkau dapati anak-anak negeri ini menebarkan dakwah-dakwah ini ke
seluruh alam dan mempersiapkan harta-harta untuk itu. Seandainya diperuntukkan
di jalan Allah, niscaya akan berubah keadaan mayoritas para
khurafiyin.
Demi Allah,
seandainya tidak ada perang makar ini, niscaya engkau akan melihat alam islami
berbeda keadaannya dengan keadaan dimana mereka hidup sekarang ini, berupa
kerendahan dan kelemahan. Karena menusia lebih dahulu mengenal dakwah Imam
Muhammad bin ‘Abdul Wahhab.
Orang-orang
sunny, Rafhidhah dan ahlud dholal lainnya telah membuat makar terhadap Muhammad
bin Abdul Wahhab. Daulah (pemerintahan) barat dan timur telah membuat makar
terhadap dakwah Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab. Tidaklah mustahil, pada
orang-orang yang memerangi negeri ini telah ada kesepakatan untuk memerangi
dakwah ini. Kesepakatan politik Brithonia (ingris) Musuh besar dakwah
tauhid ini. Di India dan Pakistan, mereka perangi dakwah ini lebih dari 100
tahun. Tidak pernah mereka memerangi dakwah manapun semisal perang yang
dilancarkan kepada dakwah ini.
Oleh karena
itu engkau lihat, tokoh-tokoh dakwah politik tidak ada tempat bernaung kecuali
di Ingris, saling membantu memerangi negeri tauhid ini. Ingris menaungi mereka
karena prinsip-prinsip politik mereka ini dan mereka mentertawakan anak-anak
kita dan memperdagangkan dakwah-dakwah penuh dosa yang memerangi dakwah tauhid.
Aliran-aliran dan tipu daya ini nyaris menyirnakan dakwah
tauhid.
Demi Allah
yang tidak ada sesembahan yang benar kecuali Dia. Sungguh aku pernah berziarah
ke Yaman 14 atau 14 tahun sebelum ini. Dinukilkan kepadaku dari salah seorang
yang memerangi (dakwah ini) dia berkata:
“Sungguh
aku telah melumatkan dakwah salafiyyah di tempat yang paling dalam di dalam
rumahnya.”
Demikian
mereka datang untuk melumatkan dakwah salafiyyah di dalam rumahnya, dan dia
memandang bahwa mereka telah berhasil untuk melaksanakan target
mereka.
Wahai
anak-anak tauhid! Jangan sampai orang-orang khufafy dan kubury mentertawakan
kalian. Demi Allah seandainya mereka mengimani tauhid dan mengimani dakwah para
nabi dan mengetahuinya dengan sebenar-benarnya, niscaya mereka tidak memulai
(dalam dakwah) melainkan tauhid dan memulai memperbaiki penduduknya. Karena
sangat banyak sekali dari para penduduk yang tenggelam dalam kesyirikan dan
kebid’ahan, dan mereka saling menopang untuk menguatkan dan mengokohkan
khurafat-khurafat ini.
Pergilah ke
Mesir, negeri cikal bakal dakwah Ikhwanul Muslimin. Pergilah bertepatan dengan
hari raya Al Badawi, niscaya engkau akan lihat pimpinan-pimpinan Ikhwanul
Muslimin ikut serta pada perayaan-perayaan syirik ini yang orang-orang yahudi
sudah bosan dengan acara-acara itu. Pergilah ke Pakistan sumber dakwahnya
Maududi, niscaya engkau akan lihat petaka dan berbagai bentuk kesyirikan dari
kalangan pengagung berhala khurafiyin dan kuburiyin dan selain mereka. Engkau
tidak akan lihat dakwah Maududi menggerakkan orang yang diam untuk memberantas
kekufuran dan kesyirikan ini. Dan ia hanya –Barakallahu fik- menyibukkan manusia
dengan politik.
Kemudian
politik semacam ini membuat mereka saling berkoalisi dengan para komunis.
Bersaudara dengan Rafidhah dan golongan-golongan syirik demi mencapai
target-target politik mereka. Belum juga kita sadar, telah lewat di hadapan kita
teriakan-teriakan, dakwah-dakwah dan peringatan-peringatan, namun hal itu tidak
menambahn mayoritas kita melainkan kesombongan dan lari karena bangga dengan
khurafat dan kebathilan yang dipunyai orang-orang ini.
Bacalah
tafsiran-tafsiran mereka terhadap Li ilaha illallah, dengan makna “Tidak ada
pencipta, tidak ada pemberi rezeki, tidak ada yang wujud, tidak ada yang
menerangkan dan tidak ada yang menetapkan dan menambahkan, tidak ada yang
behukum kecuali Allah.” Sehingga bertambah jauhlah manusia dari mentauhidkan
Allah dan dari dakwah para Nabi ‘alaihimushshalatu wassalam. Oleh sebab itulah
mereka meremehkan tauhid dan setengah jam untuk mempelajari tauhid, 10 menit
cukup untuk Tauhid. Semua ini memalingkan manusia dari Tauhid dan menganggap
enteng bahkan merendahkannya. Permainan apa ini? Da’i besar yang menyeru kepada
kesesatan dan penyelewengan politik ini mereka juluki da’i dakwah para
nabi. Dan Allah mensucikan mereka (para nabi) dari sangkaan mereka.
Sedangkan da’i tauhid mereka juluki para budak dan jasus (intel). Subhanallah!
Para da’i Tauhid mereka juluki dengan pembantu dan jasus?!
Tuduhan-tuduhan ini muncul dari para komunis dan sekuleris di
negeri-negeri lain pada masa penjajahan Ingris dan mereka tularkan ke
negeri-negeri tauhid sampai ke para Ulama Tauhid. Maka para Ulama Tauhid
(menurut mereka0 sebagai para Jasus (intel) dan para buruh. Dan pemerintahnya
adalah kafir. Pemerintahan Islam yang menerapkan Kitabullah dan Sunnah Ar Rasul
shallallahu’alaihi wa sallam mereka anggap kafir dan dibidik dari setiap tempat.
Seandainya Saddam, Khumaini dan Musuh apapun datang untuk memerangi negeri ini,
niscaya mereka berdiri disampingnya. Kenapa? Karena mereka bodoh tentang Tauhid,
masakin (orang-orang yang perlu dikasihani)! Mereka tidak mengenal
kedudukan Tauhid.
Ya Akhi
(wahai saudaraku)! Tauhid yang dipelajari di SD, SMP, SMA dan Universitasmu
adalah nikmat yang agung. Ya Akhi, saat ini yang seperti itu (kecuali disini) tidak didapati di seluruh dunia dan juga penghormatan terhadap para Ulama
Tauhid. Ya Akhi apa yang engkau inginkan? Ya akhi, demi Allah ada
kesalahan-kesalahan penguasa negeri ini maka benarkanlah dengan lemah
lembut.
Adapun
kalau engkau anggap mereka kafir lantas memerangi mereka. Sedangkan orang
(ulama) yang menasehati mereka (para penguasa) dan berhubungan dengan mereka
engkau anggap sebagai buruh dan intel. Ya Allah! Ini adalah kebinasaan demi Rabb
langit. Demi Allah ini adalah tipu daya para musuh Allah. Mereka ambil anak-anak
ingusan yang masih di gendongan para ibu mereka, kemudian menanamkan
pemikiran-pemikiran jelek dan kotor yang meremehkan tauhid dan orang-orangnya.
Demi Allah, sesungguhnya kami tahu bahwa mereka yang memerangi (negeri ini)
mendatangkan seorang yang miskin (dunia dan akhertnya) ini dari rusia, pertama
kali yangmereka ajarkan kepadanya adalah mencela ulama dan mengkafirkan
pemerintahan negeri ini. Dia (seorang miskin ini) datang dalam keadaan tidak
mengetahui Tauhid, pokok-pokok Islam dan tidak pula cabang-cabangnya. Awal mula
yang mereka ajarkan adalah menanamkan kebencian terhadap akidah tauhid dan
orang-orangnya. Semua ini tipudaya. Sekarang, siapakah yang memahami ucapan ini?
Di sana ada orang-orang yang tidak memahami ucapan ini. Wahai saudara-saudaraku,
pelajarilah dan perhatikanlah dakwah para nabi, pelajarilah Al
Qur’an.
Aku
mencukupkan sekian dalam pembahasan tauhidul ibadah. Aku menginginkan kalian
untuk membaca AL Qur’an. Al Qur’an penuh berisi pengagungan terhadap Allah ‘azza
wa jalla. Seluruh pengagungan ini membimbingmu untuk beribadah hanya kepada
Allah, membimbingmu untuk mengerti makna La ilaha illallah dengan
sebenar-benarnya sehingga engkau akan memuliakannya.
Ayat-ayat
Al Qur’an ini dan ayat-ayat-Nya yang kauni (yaitu berupa para makhluk)
dibawakan Allah untuk menerangkan kemuliaan dan keagungan-Nya. Seluruh ayat itu
bertujuan agar engkau mengibadahi-Nya dengan Tauhid Ibadah (memurnikan
Ibadah. Seluruh dalil-dalil dan bukti-bukti ini adalah bantahan bagi orang yang
melenceng dari Tauhidul Ibadah. Inilah dalil-dalil dan bukti-buktinya, bacalah
firman Allah ‘azza wa jalla:
“Wahai
manusia Ibadahilah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang
sebelum kalian agar kalian bertaqwa.” (Al
Baqarah: 21)
Kemudian
Dia membawakan dalil-dalil untuk menerangkan bahwasanya Allah adalah
satu-satunya sesembahan Yang Haq, yang mengharuskanmu untuk mengibadahinya saja.
Dia membawakan dalil-dalil dan menerangkan bahwasanya Dialah yang mencurahkan
nikmat-nikmat kepadamu dan kepada manusia.
(“Ibadahilah Rabb kalian yang telah menciptakan
kalian”).
Dialah yang
menciptakanmu dari air mani kemudian dari ‘alaqah, lantas memberikanmu
pendengaran dan penglihatan serta akal.
(“Yang
telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian
bertaqwa.”)
(“Yang
telah menjadikan bagi kalian bumi sebagai hamparan.”
Ya
Allah!
“Dan langit
sebagai atap dan menurunkan dari langit air, maka keluarlah dengan air itu
berbagai buah-buahan sebagai rezeki bagi kalian, maka janganlah kalian
menjadikan bagi Allah sekutu-sekutu dalam keadaan kalian mengetahui (itu
semua).” (Al
Baqarah: 22)
Demi Allah
seandainya engkau sodorkan ayat ini kepada mereka –orang-orang kafir-, niscaya
mereka akan mengatakan kepadamu, “Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha
Pencipta dan Pemberi Rezeki.” Semua orang memahami ucapan ini, akan tetapi
mayoritas mereka menentang dan enggan untuk berpegang teguh terhadap tauhidul
ibadah, yang dengannya diutus seluruh para Nabi. “Dan Kami turunkan dari
langit air, maka keluarlah dengan air itu berbagai macam buah-buahan sebagai
rezeki bagi kalian.” Berapa banyak nikmat dengan sebab turunnya air hujan,
biji-bijian, kacang-kacangan, dan buah-buahan, yang engkau hidup dan berlalu
dengan menikmatinya, lalu engkau pergi menyembah
selain-Nya.
Sekarang
seorang muslim hidup di tengah berbagai kenikmatan ini, namun dia mendatangi dan
tunduk kepada badawi dan menjadikannya sebagai sekutu bagi Allah, kepada Rifa’i,
‘Abdul Qadir, Si Fulan dan Si Fulan. Engkau dapati dia terjerumus kepada syirik
dalam ibadah dan Rububiyyah sehingga meyakini bahwa para wali mengetahui perkara
ghaib dan mempunyai pengaruh terhadap alam semesta.
Keyakinan
semacam ini tidaklah bercokol pada benak pikiran Abu Lahab dan Abu Jahal,
kok bisa-bisanya masuk kepada kaum Muslimin? Yang memasukkannya adalah
para zindik. Karena tidak ada agama yang lebih dihinakan dibanding semua agama
oleh Yahudi, Nasrani, Majusi dan penyembah berhala daripada agama yang dibawa
oleh Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam. Maka tidaklah mereka ini dengki
terhadap suatu ajakan yang melebihi kedengkiannya terhadap ajaran Islam.
Mulailah orang-orang Majusi, Yahudi, orang-orang zindik dari kalangan Yahudi dan
Nashara serta selain mereka membuat makar terhadap Islam. Mereka mendatangi kaum
muslimin dengan membawa akidah-akidah keberhalaan –na’udzubillah- terkadang
keyakinan itu lebih parah dari apa yang ada pada penyembah berhala. Berupa
keyakinan bahwa pra wali mengetahui perkara ghaib dan mengatur alam
semesta.
Apabila
engkau membaca biografi ‘Abdul Qadir –yang ada pada orang-orang sesat itu-
engkau akan dapati dia lebih agung daripada Allah ‘azza wa jalla. Dan apabila
engkau baca biografi Badawi dan Rifa’i, engkau akan dapati keduanya lebih agung
dari Allah ‘azza wa jalla. Maha Tinggi dan Maha Besar Allah dari apa yang
dinyatakan orang-orang yang dzolim. Dari mana keyakinan tersebut datang? Datang
dari bisikan para zindik dari kalangan Yahudi dan Nashara. Dan juga karena ahlul
kalam dan para filosof memalingkan kaum Muslimin dari makna la ilaha illallah,
serta mekna-makna tauhid. Dongeng-dongeng ini laris yang terkadang orang-orang
Yahudi dan Nasrani meremehkannya, demi Allah laris di tengah-tengah para
khurafy.
Kemudian
yang semisal dengan ayat-ayat ini, firman Allah ‘azza wa
jalla:
“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan
bumi, pergantian siang dan malam terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
orang-orang yang berakal.” (Ali Imran: 190)
“Orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan
dalam keadaan meletakkan lambung-lambung mereka dan memikirkan penciptaan langit
serta bumi (seraya mengatakan): Wahai Rabb kami, tidaklah Engkau ciptakan ini
sia-sia, Maha Suci Engkau dan jangalah kami dari adzab neraka.” (Ali
Imran: 191)
Banyak ayat
yang menerangkan keagungan Allah dan bahwasanya Dia sajalah yang berhak untuk
diibadahi. Karena apa yang engkau lihat baik di atas, di bawah, di kanan, dan
kirimu berupa gunung-gunung, langit-langit, bintang-bintang, planet-planet,
seluruhnya adalah ciptaan Allah dan diatur oleh-Nya. Allah tundukkan semuanya
untuk membantumu agar engkau memurnikan ibadah, yang tujuan Allah menciptakanmu
adalah untuk itu (ibadah).
“Allah
datangkan setiap apa yang kalian minta dan jika kalian hitung nikmat-nikmat
Allah, niscaya kalian tidak mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia sangat
dhalim dan kufur.” (Ibrahim:
34)
Allah
membawakan kepadamu ayat-ayat dan bukti-bukti ini, namun engkau masih saja
bingung di kegelapan kejahilan, lantas datang seorang yang mulhid (menyeleweng
keyakinannya), zindik dan politikus, panipu untuk memalingkanmu dari dakwah
tauhid. Akhirnya engkau mengekor di belakangnya.
Saudara-saudara perhatikan Al Qur’an dan tadaburilah! Al Qur’an memupuk keimanan, Al Qur’an menebar
kateuhidan. Jika engkau memahami Al Qur’an, niscaya engkau akan menjadi pengikut
para Rasul dalam agama, akidah dan manhaj mereka. Allah ‘azza wa jalla
berfirman:
“Allah
telah mensyariatkan bagi kalian agama, sebagaimana yang telah Allah wasiatkan
kepada Nuh dan yang Kami wahyukan kepadamu serta apa yang telah Kami wahyukan
kepada Ibrahim, Musa dan Isa agar kalian menegakkan agama dan janganlah
bercerai-berai padanya.” (Asy
Syura: 13)
Agama
adalah tauhid. Tagakkanlah tauhid ini. Apabila engkau telah menegakkan tauhid,
berarti akan lurus segala sesuatu yang ada pada dirimu. Dan apabila engkau
memuliakan tauhid, wala (loyalitas), dan bara’ (berlepas diri) di atasnya, maka
akan lurus segala sesuatu yang ada pada dirimu. Janganlah engkau letakkan tauhid
di keranjang sampah dan wala’ dan bara’ di atas selainnya.
Aku
mengetahui mayoritas manusia mengetahui tauhid namun dengan pengertian yang
campur baur, sehingga dicampakkan di kotak sampah. Sehingga dia berloyalitas dan
benci di atas dasar selain tauhid. Yang demikian tidaklah benar, karena Al Wala’
dan Al Bara’ haruslah berdiri di atas tauhid.
“Sungguh
telah ada bagi kalian suri tauladan yang baik pada diri Ibrahim dan orang-orang
yang bersamanya tatkala mereka berkata kepada kaumnya: Sesungguhnya kami
berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah dari selain Allah.
Kami mengingkari kalian dan telah tampak antara kami dengan kalian permusuhan
dan kebencian selama-lamanya sampai kalian beriman hanya kepada
Allah.” (Al
Mumtahanah: 4)
“Engkau
tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir saling
cinta kepada para penentang Allah dan Rasul-Nya, walaupun mereka bapak-bapak
mereka, anak-anak mereka, saudara-saudara mereka atau keluarga mereka. Mereka
itulah yang (Allah) ukir dalam hati-hati mereka keimanan, dan Allah tolong
dengan ruh (bantuan) dari-Nya. Allah masukkan mereka kedalam surga-surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Allah ridha
terhadap mereka, merekapun ridha terhadap Allah. Mereka itulah golongan Allah.
Ketahuilah golongan Allah lah yang mendapatkan keberuntungan.” (Al
Mujadalah: 22)
Hal ini
tidak akan dicapai oleh orang yang meremehkan dan mencela tauhid, berwala’ dan
bara’ di atas pemikiran-pemikiran politik yang menyimpang. Pensifatan ini tidak
diberikan kepada mereka, namun diberikan kepada mereka yang mengimani tauhid
dengan sebenarnya, memuliakan tauhid, sehingga dia berwala’ dan bara’ karena
tauhid ini.
Demi Allah
wala’ dan bara’ pada mayoritas manusia –saat ini- bukan diatas tauhid. Wala’ dan
Bara’ bukan karena akidah, namun wala’ dan bara’, karena si fulan dan si fulan.
Sedangkan si fulan dan si fulan manusia yang paling sesat dari agama Allah dan
dari makna La ilaha Illallah. Loyalitas karena si fulan dan si fulan adalah
petaka. Ini merupakan kehancuran yang menimpa ummat. Wahai para pemuda negeri
ini, wahai para pemuda muslim di setiap tempat, kenalilah dakwah dan manhaj para
Rasul. Ketahuilah bahwa perkaranya bukanlah kita diminta untuk memilih, namun
ini adalah kewajiban yang sudah paten bagi setiap orang yang menyeru kepada-Nya
dengan jujur, agar ia mengawali dakwahnya dengan dakwah menyeru kepada
tauhid.
Buktinya:
Allah mensyariatkan manhaj (metode) ini bagi seluruh rasul dari yang paling awal
hingga yang paling akhir. Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam memulai dakwah
tauhid 13 tahun lamanya. (Selama itu) beliau tidak menyerukan syariat-syariat
lain. Belum disyariatkan shalat –rukun Islam terpenting- melaikan sesaat sebelum
hijrah. Zakat tidak disyariatkan melainkan di era madinah, yang menunjukkan
pentingnya tauhid, karena ia sebagai pondasi. Ar Rasul shallallahu’alaihi wa
sallam tidak bergeser sehelai rambut pun ketika para musyrikin Quraisy
mendatanginya yang sanggup memenuhi apapun permintaannya.
Beliau
menginginkan kekuasaan? Mereka penuhi. Mau wanita Quraisy tercantik? Mereka
nikahkan. Mau harta? Mereka beri. Namun beliau berkata: “Aku tidak menginginkan
dari kalian kecuali (dakwah) ini.” Beliau membaiat manusia dan berjihad di atas
tauhid, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Aku
diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka bersyahadat La ilaha illallah
wa anna Muhammadan Rasulullah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Apabila
mereka telah melakukan hal itu, maka terlindungi dariku darah-darah dan
harta-harta mereka.”
Makna La
ilaha illallah bukanlah “Tidak ada hakim kecuali Allah”! Namun (yang benar
adalah) “Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah.”
Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam tetap memusatkan dakwahnya pada syahadat La
ilaha illallah. Bahkan ketika fitnah kemurtadan muncul, Umar tidak mendapati
argumen/ hujjah untuk menghalangi Abu Bakar yang memerangi mereka (orang-orang
murtad), kecuali dengan ucapannya:
“Bagaimana
kita memerangi suatu kaum yang mengucapkan La ilaha illallah? Sungguh aku telah
mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Aku diperintah
untuk memerangi manusia sampai mereka bersyahadat La ilaha illallah wa anna
Muhammadan Rasulullah.”
Dan Abu
Bakar hanya menghafal kalimat ini juga karena sering kalinya ‘alaihisshalatu
wassalam mengulang-ulanginya dan memfokuskan dakwah tauhid. Kemudian Abu
Hurairah dan Jabir mendengar kesempurnaan hadits tersbut, shalat dan zakat
sampai akhir hadits. Adapun Abu Bakar dan Umar tidaklah mendengar
(kelanjutannya). Demi Allah seandainya keduanya mendengar, niscaya Umar tidak
menghalangi Abu Bakar dan pasti Abu Bakar menjawabnya dengan sisa penggalan
hadits tersebutradhiyallahu’anhum jami’an. Ini diantara dalil bahwa
seorang yang alim besar dan mulia terkadang ada yang luput dari suatu ilmu yang
ilmu itu diketahui oleh orang yang lebih rendah kedudukannya daripada dia –hal
ini ada- barokallahu fikum.
Diantara
ayat-ayat yang menunjukkan tentang keagungan Allah Tabaraka wa ta’ala,
bahwa segala sesuatu mengagunggan Allah. Dia ‘azza wa jalla
berfirman:
“Tidaklah
dari sesuatupun melainkan bertasbih dan memuji-Nya.” (Al Isra:
44)
Dan
berfirman:
“Tidakkah
engkau melihat apa yang ada dilangit-langit dan bumi, matahari, bulan,
bintang-bintang, ginung-gunung, pepohonan, binatang-binatang melata dan banyak
dari manusia sujud kepada Allah? Dan banyak dari manusia telah ditentukan adzab
atasnya. Dan barangsiapa yang Allah hinakan, maka tiada seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa
yang Dia kehendaki.” (Al Hajj:
18)
Segala
sesuatu tunduk kepada Allah, segala sesuatu bertasbih kepada-Nya dengan rela
ataupun tidak. Seorang kafir rendahpun tundu kepada Allah tabaroka wa ta’ala.
Allah ciptakan dia sesuai dengan kehendak-Nya. Allah jadikan dia seorang fakir,
kaya, sakit, sehat dan celaka. Allah perbuat padanya sesuai kehendak-Nya. Maka
ia dari sisi ini tunduk kepada-Nya. Maka ia dari sisi ini tunduk kepada Allah,
membenarkan Allah, baik dalam keadaan mau ataupun enggan. Benda-benda mati,
pepohonan, binatang-binatang melata tunduk kepada-Nya. Ini menunjukkan atas
keagungan Allah tabaraka wa ta’ala. Segala sesuatu mengagungkan
Allah.
Wahai akhi,
agungkanlah Allah dengan mentauhidkan dan mengikhlaskan agama hanya untuk Allah.
Dengan inilah seluruh para Nabi ‘alaihimusshalatu wassalam di
utus.
Dari
perkara yang bisa mengokohkan aqidah tauhid adalah kita mengetahui asma’
(nama-nama) dan sifat Allah. Allah ‘azza wa jalla
berfirman:
“Dan Allah
memiliki nama-nama yang indah maka berdoalah dengannya.” (Al A’raf:
180)
Dan
berfirman:
“Dialah
Allah yang tidak ada sesembahan yang benar kecuali dia, Dialah Raja, Yang Maha
Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara,
Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan, Maha Suci
Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (Al Hasyr:
23)
“Dan Dialah
Allah Yang membentuk rupa, Yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Segala
yang ada di langit-langit dan bumi bertasbih pada-Nya. Dan Dialah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al Hasyr:
24)
Mayoritas
manusia terbolak balik dalam memahami tauhid, termasuk asma’ dan sifat Allah,
akibat tipudaya para filosof, tipudaya orang-orang Jahmiyyah yang terpengaruh
para filosof, Mu’tazilah dan selain mereka. Mereka tertelungkup dalam masalah
ini. Sehingga mereka mengingkari istiwa (ketinggian Allah) di atas ‘Arsy dan
nama-nama Allah. Jahmiyyah mengingkari nama-nama Allah, sedangkan Mu’tazilah
mengingkari sifat-sifat-Nya, ketinggian Allah dan keberadaan Allah di atas
‘Arsy-Nya. Hal ini menjerumuskan mereka kepada aqidah hulul dan wihdatul wujud
(keyakinan yang menganggap Allah menyatu dengan mahluk-Nya), karena (menurut
mereka) mereka mensucikan Allah dari keadaan-Nya di atas alam semesta dan para
mahluk-Nya.mereka mengatakan: “Sesungguhnya Allah di setiap tempat.” Dan
berkata: “Tidak di atas, tidak di bawah, tidak di kanan dan tidak di kiri, tidak
di dalam dan tidak pula di luarnya serta tidak, tidak...”
Bisa jadi
mereka menyatakan bahwa Allah merupakan sesuatu yang tidak ada, atau menyetu
pada segala sesuatu. Ini merupakan puncak pelecehan terhadap Allah Rabb semesta
alam. Mereka mengesankan kepada manusia dan pengikut mereka yang jahat, bahwa
mereka merupakan orang-orang yang mensucikan Allah. Kenapa? Mereka mengatakan:
“Karena kalau kita menetapkan Allah berada di atas ‘arsy, berarti kita
menetapkan Dia punya jasad, dan istiwa’ (di atas ‘arsy) berkonsekuensi Allah
memiliki jasad, dan -menurut mereka- bisa jadi Allah lebih besar dari pada arsy
atau lebih kecil atau juga lebih sangat besar lagi... dan seterusnya. (Semuanya
itu adalah) omong kosong. Mereka menafikan dari Allah tajsim (berbentuk
jasad) tetapi terjerumus ke dalam ta’thil (menafikan sifat-sifat
Allah).
Ahlussunnah
mengatakan: “Istiwa (tingginya Allah di atas ‘arsy) sesuai dengan kemuliaan-Nya
tidak seperti istiwanya para mahluk (di kursi dan
seterusnya).”
Sebagaimana
firman Allah ‘azza wa jalla:
“Tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan-Nya (Allah). Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (Asy
Syura: 11)
Ahlussunnah
merupaka orang-orang yang Allah beri petunjuk untuk mengambil ayat ini tatkala
menusia berselisih paham. Mereka mengambil ayat ini dan ayat lain yang
semisalnya sebagai kaidah di dalam iman terhadap asma’ dan sifat serta
perbuatan-perbuatan Allah ‘azza wa jala. “Tidak ada sesuatupun yang semisal
dengan-Nya” baik di dalam Dzat-Nya, nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya. Maka
mereka mensucikan Allah dari penyerupaan terhadap para mahluk, dan menetapkan
bagi Allah apa yang Dia tetapkan bagi diri-Nya Jalla wa ‘Ala dari nama-nama,
sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya sembari mensucikan Allah dari
penyerupaan dari para mahluk. Maka ayat tersebut menyatakan: “Tetapkanlah
nama-nama dan sifat-sifat Allah ‘azza wa jalla seperti
firman-Nya:
“Dan Dia
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Dan mereka
menafikan tasybih (penyerupaan dengan mahluk) berpatokan kepada
firman-Nya:
“Tidak ada
sesuatupun yang semisal dengan-Nya.”
Sesatlah
orang-orang musaybbhihah (orang-orang yang menyerupakan Allah dengan mahluk-Nya,
ahmad) tatkala mengatakan: “Sesungguhnya Allah mempunyai nama-nama seperti
nama-nama kita, punya penglihatan seperti penglihatan kita, dan beristiwa
seperti istiwanya kita... dan seterusnya.”
Orang-orang
mu’athilah dating seraya menafikan dari Allah Tabaraka wa ta’ala permisalan
dengan para mahluk dan tenggelam di dalamnya sampai menjerumuskan mereka untuk
menafikan nama-nama dan sifat-sifat Allah. Sebagian mereka menafikan sifat-sifat
Allah dan tidak menafikan nama-nama-Nya. Sebagian mereka menetapkan nama-nama
dan menetapkan sebagian sifat-sifat, serta menafikan lainnya, seperti
Asy’ariyah.
Yang jelas
bahwa perang pemikiran sudah lama datang dari musuh-musuh Islam. Sedangkan
gambaran pada benak manusia sekarang bahwa perang pemikiran baru datang pada
masa sekarang. Karena apa? Karena mereka tidak mengingkari khurafat-khurafat,
kebid’ahan-kebid’ahan dan penta’thilan (pembuangan) sifat-sifat Allah. Mereka
tidak menganggap itu semua sebagai kemungkaran, karena ini adalah aqidah mereka.
Sehingga mereka terbayang bahwa perang pemikiran baru muncul di masa kini.
Kasihan mereka! Mereka datang memerangi negeri tauhid dengan khurafat dan
kebid’ahan-kebid’ahan mereka. Ghazwul fikri muncul pada masa Ma’mun, pada masa
Jahm bin Shofwan. Sejak saat itulah bermunculan beragam tipu daya terhadap
islam. Pertama kali dengan menta’thilkan nama-nama dan sifat-sifat Allah serta
mengingkari aqidah-aqidah Islam... dan seterusnya. Dan akhirnya tipudaya itu
dilontarkan oleh tangan-tangan orang-orang Sufi dalam perkara tauhidul Ibadah.
Dari sanalah timbul penta’thilan asma’ dan sifat-sifat Allah dan pengingkaran
sebagian besar aqidah-aqidah islam. Pada puncaknya ahlul kalam
mentahrifkan (memaknakan dengan makna yang bathil) La ilaha Illallah,
orang-orang Sufi terpengaruh, sehingga klimaksnya timbul kerusakan yang parah
yaitu terjatuh pada kesyirikan. Demi Allah, jika engkau pergi ke beberapa
negara, niscaya engkau lihat bangunan-bangunan di bangun di atas kuburan, yang
dulu orang jahiliyyah tidak mengenal bangunan di atas
kuburan.
Pergilah
engkau ke sebagian negeri, lihat bangunan (di atas kuburan) dan pohon-pohon yang
digantungkan padanya, kain-kain yang diyakini di dalamnyua ada barakah. Engkau
lihat kuburan-kuburan, anjing, keledai dan hewan-hewan lain diibadahi dari
selain Allah. Ini adalah pelanggaran besar. Dakwah-dakwah politik –demi Allah-
melihat hal ini namun justru mengiyakannya. Dakwah-dakwah tersebut keluar sangat
jauh dari dakwah danmanhaj para Nabi serta dahwah tauhid. Padahal inilah poros
pembicaraan seluruh kerasulan. Mereka (dai-dai politik) pergi sangat jauh ke
pertikaian-pertikaian politik dengan nama “Islami.”
Kami
membicarakan hal ini bukan untuk mencari muka manusia, kami hanya ingin memberi
penerangan kepada orang yang tertipu dengan simbol-simbol ini yang menimbulkan
kehancuran kaum muslimin dan tidak memberi manfaat apa-apa. Demi Allah,
simbol-simbol ini tidaklah menambah kaum muslimin melainkan bencana. Dan
tidaklah menambah di sisi Allah kecuali kerendahan dan kehinaan sampai mereka
kembali kepada manhaj para nabi dan aqidah yang benar. Hingga mereka memperbaiki
hal itu di sekolah-sekolah, universitas-universitas, rumah-rumah, akal-akal dan
ahti-hati mereka. Apabila mereka memperbaiki aqidah-aqidah ini dan amal-amal
dibangun di atasnya, maka bergembiralah akan datangnya pertolongan Allah,
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Namun jika tetap enggan dan tetap memegang
simbol-simbol rusak semacam ini, maka demi Allah ummat hanya bertambah rendah
dan hina.
Lihatlah
tindakan musuh-musuh Islam dan perhatikanlah sikap kaum muslimin. La haula wa
la quwwata illa billah. Mereka sekarang sudah mencapai jumlah milyaran,
namun seperti buih, buih di lautan kecuali yang Allah beri taufik, karena apa?
Demi Allah karena mereka menyia-nyiakan tauhid, maka Allah tidak peduli mau di
lembah mana mereka hancur. Mereka di kuasai oleh manusia-manusia yang paling
rendah: Orang-orang Yahudi, Hindu dan Nashara. Orang-orang yahudi yang
ditimpakan kepada mereka kerendahan dan kehinaan di manapun berada. Demi Allah
mereka menghinakan kaum muslimin. Sekarang mereka menginjak-injak kepala kaum
muslimin dengan kaki-kaki mereka. Orang-orang hindu lebih rendah dari mereka
(Yahudi). Demi Allah mereka melecehkan kaum muslimin. Apa solusinya? Kembali
kepada Tauhid. Bagaimana Allah akan menolong kalian, sedangkan berhala-berhala
yang ada pada kalian lebih banyak daripada berhala-berhala yang ada pada
orang-orang Nashrani dan Yahudi?! Bagaimana Allah akan menolong kalian,
sedangkan mayoritas mereka menyakini bahwa para wali mengetahui perkara ghaib
dan mengatur alam semesta?! Kalian tunduk bersimpuh kepada mahluk yang lemah,
yang membutuhkan bantuan. Mereka adalah orang-orang yang tidak menguasai bagi
diri-diri mereka madharat, manfaat, kematian, kehidupan dan kebangkitan. Demi
Allah, mereka tidak menguasai bagi diri-diri mereka sedikitpun dari perkara
itu.
Tatkala
Allah berkata kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam:
“Katakanlah
aku tidak menguasai bagi diriku manfaat, tidak pula bahaya, kecuali apa yang
Allah kehendaki.” (Al A’raf:
188)
Maka apa
yang engkau inginkan setelah ini? Ucapan ini hak atau bathil? Yang tersirat pada
orang-orang kubury (pengagung kuburan) ini mengatakan: “Tidak, ucapan ini tidak
benar” –walaupun mereka tidak mendustakannya secara ucapan lisan-, akan tetapi
kenyataannya mereka tidak menerima ucapan ini, tidak menerima, bahkan
mengatakan: “Para wali bisa menolak madharat dan mendatangkan manfaat, Rasul
bisa menolak madharat dan mendatangkan manfaat.” Ya akhi jadi engkau menentang
Al Qur’an apabila aqidahmu demikian. Apabila engkau meyakini hal ini. Sedangkan
Allah mengkafirkan perbuatan ini. Dia berfirman:
“Katakanlah: Sesungguhnya aku tidak menguasai bagi kalian madharat tidak
pula petunjuk.” (Al Jin:
21)
Apa yang
engkau inginkan? Tidak menguasai bagi dirinya, orang lain, putrinya, tidak pula
yang lainnya. Beliau bersabda kepada mereka:
“Aku tidak
bermanfaat sedikitpun bagi kalian dari (adzab) Allah.”
Beliau
berkata:
“Hai Bani
Abdi Manaf, hai sekalian orang-orang Quraisy, -atau kaliamt semisal ini- belilah
diri-diri kalian. Aku tidak bermanfaat sedikitpun bagi kalian dari (adzab)
Allah. Wahai Bani Abdi Manaf aku tidak bermanfaat sedikitpun bagi kalian dari
(adzab) Allah. Wahai Abbas bin Abdul Mutholib, aku tidak bermanfaat sedikitpun
bagi kalian dari (adzab) Allah. Wahai Shafiyah bibi Rasulullah, aku tidak
bermanfaat sedikitpun bagi kalian dari (adzab) Allah. Wahai Fathimah bintu
Rasulullah, mintalah harta kepadaku sekehendakmu, aku tidak bermanfaat
sedikitpun bagi kalian dari (adzab) Allah.”
(Diriwayatkan oleh Al Bukhari di dalam Tafsir bab Wa andzir ‘Asyirataka wal
aqrabin No. 4771 dan Muslim di dalam Al Iman bab Wa andzir ‘Asyirataka wal
Aqrabin No. 206 dan lain-lain)
Apa yang
engkau inginkan setelah ini? Allah memerintahkan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa
sallam untuk mengatakan:
“Tidaklah
aku ini melainkan hanya seorang pemberi peringatan dan pemberi kabar gembira
bagi kaum yang beriman.” (Al A’raf:
188)
Dan
berfirman:
“Aku
hanyalah seorang pemberi peringatan yang sangat jelas.” (Asy
Syu’ara’: 115)
Inilah
kepentinganku. Allah mewahyukan kepadaku dan aku menyampaikannya. Aku
memberitakan kabar gembira dengan surga bagi oran-orang beriman dan
memperingatkan orang-orang kafir dari neraka. Inilah yang aku miliki dan aku
mampu. Adapun menolak madharat, mendatangkan manfaat, memberi kebahagiaan,
mecelakakan, memberi petunjuk, dan menyesatkan maka seluruhnya hanya bagi Allah
Rabb semesta alam.
“Jika aku
mengetahui perkara ghaib, niscaya aku akan memperbanyak
kebaikan.” (Al A’raf:
188)
“Kakanlah:
Aku tidak mengatakan kalian di sisiku ada perbendaharaan Allah dan aku tidak
mengetahui yang ghaib serta aku tidak mengatakan kepada kalian bahwa aku seorang
malaikat.” (Al An’am:
50)
Apa yang
engkau inginkan setelah keterangan ini? Apa gunanya keterarangan ini bagi kaum
muslimin di hari-hari ini? Datang para da’i kejelekan dan para da’i pembawa
fitnah berupaya menyimpangkan tauhid dan dalil-dalilnya. Demi Allah berupaya
menyipangkan. Menurut pandangan mereka, tauhid memecah belah ummat. Mereka
nyatakan dengan lisan, baik tersirat maupun tersurat: “Apabila kita menyeru
kepada Tauhid, siapa yang akan datang mendatangi kami? Kami ingin sampai ke
kursi, apabila kami mengatakan: Tauhid, Tauhid, maka manusia lari dari kami,
sehingga kami tidak sampai (ke kursi kekuasaan). Kami ingin mempersatukan
manusia. Orang Rafidhah saudara kami, orang Nashrani saudara kami, Khurafy
Kubury saudara kami, dan seluruhnya saudara kami, hingga kami cepat sampai ke
kursi. Baiklah, mereka sampai, lalu apa yang mereka perbuat? Persatuan agama dan
muktamar persatuan agama-agama dan selainnya. Ini cukup bagi
kalian.
Bahwasanya
tatkala jamaah-jamaah yang menyeru kepada kursi-kursi ini hendak menampakkan apa
yang diharapkan oleh manusia, mereka tidak memberimu penerapan syariah, tidak
pula akidah, namun justru membangun gereja-gereja, kuburan-kuburan, dan
mendeklarasikan muktamar penyetuan agama. Para politikus itu berkumpul, tiap
bangsa dan negeri ikut serta dalam muktamar persatuan agama-agama. Ini
menunjukkan bahwa dakwah-dakwah ini rusak dan jelek dasarnya, misi dan visinya.
Apabila mereka telah mnecapai yang diinginkan, maka berputarlah
punggung-punggung mereka dari syiar-syiar Islam yang dulu mereka
serukan.
Permisalan-permisalan ini bisa disaksikan dan dirasakan. Demi Allah,
pemuda-pemuda tauhid di kalangan kita tidak mengingkari perkara-perkara ini,
karena apa? Karena sudah dirubah akal dan pikiran mereka. Aku tidak mendengar
pengingkaran mereka terhadap arogansi para politikus ini. Berulang kali
permainan semacam ini terjadi di beberapa negeri. Namun engkau tidak mendengar
pengingkaran dari para politikus yang masih ada sedikit kebenaran pada agama dan
interaksi mereka terhadap seruan-seruan politik semacam ini walaupun menyeru
kepada persatuan agama-agama, pembangunan gereja-gereja, dan kuburan-kuburan.
Walaupun dan walaupun. Inilah pelajaran. Seorang yang jujur dan ikhlas dalam
agamanya, apabila dia tertipu kemudian jelas baginya ternyata orang tersebut
mengajak kepada kehancuran, dia akanmneghindarinya dan akan berjalan diatas
jalan islam. Adapun kalau engkau terus mengikutinya, menutupi aib-aibnya, dan
membela (kesalahan-kesalahannya), ini adalah kesalahan.
Dakwah-dakwah yang semacam ini, bukan dakwah para nabi –ia (dakwah para
nabi) mengatakan: “Tauhid didahulukan.” Tapi dia mengatakan: “Politik
terlebih dahulu. Ekonomi, tasawwuf dan khurafat terlebih dahulu.” Hal ini
tidak ada nilainya. Dari dakwah-dakwah ini, kaum muslimin hanya mendapatkan
kematian, kehancuran dan kesia-siaan. Kehidupan yang baik dan bahagia di dunia
maupun di akherat terletak pada tauhid, di atas makna La ilaha illallah Muhammad
Rasulullah. Jika demikian Allah akan menolong, memuliakan dan memberikan
kewibawaan kepada kita masih juga melanjutkan jalan yang digariskan para
penyeleweng, para kuburiyyun dan khurafiyun, maka demi Allah kita hanya menunggu
dari Allah kerendahan dan kehinaan.
“Barangsiapa yang direndahkan oleh Allah, maka tidak ada yang
memuliakannya. Sesungguhnya Allah melakukan apa yang Dia kehendaki.”
(Al Hajj: 18)
Aku
mencukupkan sampai disini, aku meminta kepada Allah tabaraka wa ta’ala untuk
mempersiapkan para dai yang jujur dan ikhlas sehingga memuliakan dakwah para
nabi dan menyeru kepadanya, mengorbankan jiwa dan raga, yang mahal maupun yang
murah untuk meninggikan kalimat La ilaha illallah, dan semoga Allah memberikan
manfaat kepada kaum muslimin dengan adanya mereka, mengangkat keadaan kaum
muslimin dan mengembalikannya ke jaman keemasannya, yang Allah memuliakan,
mengangkat serta menjadikan mereka sebagai pimpinan-pimpinan ummat dan sebagai
sebaik-baik ummat yang dikeluarkan bagi manusia, tidaklah mereka mendapatkan
kecuali dengan memurnikan La ilaha illallah Muhammad Rasulullah, beramar ma’ruf
nahi munkar dan beriman kepada Allah. Aku memohon kepada Allah agar menjadikan
kami dan kalian termasuk mereka. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi
kita Muhammad, keluarganya, dan para shahabatnya.
Syaikh Robi' bin Hadi Al Madkholi
Labels:
Aqidah
AntwortenLöschenTidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman . . . . . !!
"Kabarkanlah kepada orang-orang MUNAFIQ bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu ? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah." QS. 4. An-Nisaa' : 138-139
"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman ? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui. Allah telah menyediakan bagi mereka AZAB yang sangat keras, sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan." (QS.58.: 14-15)
"Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang FASIQ." QS. 5. Al-Maa-idah : 80-81.
“Apakah kamu tiada memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli Kitab: "Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersama kamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu". Dan Allah menyaksikan, bahwa sesungguhnya mereka benar-benar pendusta. ( QS Al-Hasyr ayat 11)
Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa. Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak redlai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan. Beginilah kamu, kamu sekalian adalah orang-orang yang berdebat untuk (membela) mereka dalam kehidupan dunia ini. Maka siapakah yang akan mendebat Allah untuk (membela) mereka pada hari kiamat? Atau siapakah yang menjadi pelindung mereka (terhadap siksa Allah)” (al-Qur’an Surah al-Nisa ayat 107-109)
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya. (QS.9: 73)
Dan janganlah kamu sekali-kali mensholatkan (jenazah) seorang pun yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mereka mati dalam keadaan fasik. (QS.9 ayat 84)