AKHLAK

[Akhlak][grids]

Aqidah

[Aqidah][twocolumns]

FIQIH

[Fiqh][bleft]

BERIMAN KEPADA TAKDIR

Beriman kepada takdir mengandung empat tingkatan.
Tingkatan pertama; mengimani bahwa Allah mengetahui sesuatu yang terjadi dan yang akan terjadi. Tidak ada sesuatupun yang ada di bumi dan di langit yang samar bagi-Nya, juga tidak ada perkara ghaib baik yang telah berlalu dan yang akan datang yang samar bagi-Nya. Semuanya sama, berada dalam pengetahuan Allah.
Tingkatan kedua; mengimani bahwa Allah telah menulis (takdir) itu dalam lembaran-lembaran yang terjaga (Lauhul Mahfud) dimana didalamnya telah tertulis takdir segala sesuatu. Sebagaimana kabar yang ada dalam hadits:
“Sesuatu yang pertama diciptakan oleh Allah adalah qalam (pena) dan Dia berkata kepadaNya: “Tulislah”! Qalam itu berkata kepada-Nya: “Apa yang saya tulis”. Dia berkata: “Tulislah sesuatu yang terjadi sampai hari kiamat”.
Maka, kita mengimani bahwa segala sesuatu yang sedang berjalan dan sedang terjadi adalah diketahui oleh Allah. Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi telah menulisnya dalam Lauhul Mahfudz, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (lauh mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (QS. AL Hadid: 22)
Jadi, segala sesuatu telah tertulis dalam lauh mahfudz dan tidak ada sesuatupun tentang takdir segala sesuatu yang tertinggal dirinya, serta tulisan tersebut telah ada lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit-langit dan bumi. Sebagaimana terdapat dalam hadits shahih dari Nabi:
“Tidak ada sesuatu kecuali dia telah terekam dalam lauh mahfudz”.
Allah berfirman:
“Di sisi Kami ada tulisan (kitab) yang memelihara (mencatat)”. (QS. Qaff:4)
Tingkatan ketiga; kita mengimani kehendak Allah yang sempurna dan mencakup segala sesuatu. Jika Allah menginginkan sesuatu yang dicintai dan dibenci (iradah kauni) dan Dia menghendakinya, maka hal itu harus terjadi. Sesungguhnya, sesuatu tidak terjadi di alam kecuali dengan keinginan, kehendak, dan aturan Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi.
Tingkatan keempat; tingkatan yang paling akhir, yaitu kita mengimani bahwa segala sesuatu adalah ciptaan Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi:
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu”. (QS. Az Zumar: 62).
Segala sesuatu yang ada di alam, baik yang terjadi maupun yang akan terjadi merupakan ciptaan Allah dan Dialah yang mengadakannya. Tidak ada seorangpun selain-Nya yang mengadakan dan menciptakan sesuatu di alam ini.

Keine Kommentare: