BERIMAN KEPADA TAKDIR
Tingkatan
pertama; mengimani
bahwa Allah mengetahui sesuatu yang terjadi dan yang akan terjadi. Tidak ada
sesuatupun yang ada di bumi dan di langit yang samar bagi-Nya, juga tidak ada
perkara ghaib baik yang telah berlalu dan yang akan datang yang samar bagi-Nya.
Semuanya sama, berada dalam pengetahuan Allah.
Tingkatan
kedua; mengimani
bahwa Allah telah menulis (takdir) itu dalam lembaran-lembaran yang terjaga (Lauhul Mahfud) dimana didalamnya telah
tertulis takdir segala sesuatu. Sebagaimana kabar yang ada dalam
hadits:
“Sesuatu yang
pertama diciptakan oleh Allah adalah qalam (pena) dan Dia berkata kepadaNya:
“Tulislah”! Qalam itu berkata kepada-Nya: “Apa yang saya tulis”. Dia berkata:
“Tulislah sesuatu yang terjadi sampai hari kiamat”.
Maka, kita
mengimani bahwa segala sesuatu yang sedang berjalan dan sedang terjadi adalah
diketahui oleh Allah. Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi telah menulisnya
dalam Lauhul Mahfudz, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Tiada suatu
bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan
telah tertulis dalam kitab (lauh mahfudz) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (QS. AL
Hadid: 22)
Jadi, segala
sesuatu telah tertulis dalam lauh mahfudz dan tidak ada sesuatupun tentang
takdir segala sesuatu yang tertinggal dirinya, serta tulisan tersebut telah ada
lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit-langit dan bumi. Sebagaimana
terdapat dalam hadits shahih dari Nabi:
“Tidak ada
sesuatu kecuali dia telah terekam dalam lauh mahfudz”.
Allah
berfirman:
“Di sisi Kami
ada tulisan (kitab) yang memelihara (mencatat)”. (QS.
Qaff:4)
Tingkatan
ketiga; kita
mengimani kehendak Allah yang sempurna dan mencakup segala sesuatu. Jika Allah
menginginkan sesuatu yang dicintai dan dibenci (iradah kauni) dan Dia menghendakinya,
maka hal itu harus terjadi. Sesungguhnya, sesuatu tidak terjadi di alam kecuali
dengan keinginan, kehendak, dan aturan Allah Yang Maha Suci dan Maha
Tinggi.
Tingkatan
keempat; tingkatan
yang paling akhir, yaitu kita mengimani bahwa segala sesuatu adalah ciptaan
Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi:
“Allah
menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu”. (QS. Az
Zumar: 62).
Segala
sesuatu yang ada di alam, baik yang terjadi maupun yang akan terjadi merupakan
ciptaan Allah dan Dialah yang mengadakannya. Tidak ada seorangpun selain-Nya
yang mengadakan dan menciptakan sesuatu di alam ini.
Keine Kommentare: