Syarah Qawa'idil Arba' (Bagian 1)
“Kaidah yang pertama : ketahuilah! Bahwa orang-orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam –mereka itu- mengekui bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah pencipta dan pengatur, namun hal tersebut tidak memasukkan mereka kedalam agama Islam. Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala :
“Katakanlah :
Siapakah yang memberimu rezeki dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah
yang mengetur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab “Allah” Maka katakanlah
“Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” (Yunus :
31)
SYARAH
:
Kaidah yang pertama : Ketahuilah bahwa orang-orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam –mereka itu- mengekui tauhid rububiyyah, sementara pengakuan mereka terhadap tauhid rububiyyah tidak dapat memasukkan mereka ke dalam Islam, sehingga tidak haram harta-harta serta darah mereka.
Kaidah yang pertama : Ketahuilah bahwa orang-orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam –mereka itu- mengekui tauhid rububiyyah, sementara pengakuan mereka terhadap tauhid rububiyyah tidak dapat memasukkan mereka ke dalam Islam, sehingga tidak haram harta-harta serta darah mereka.
Ini
menunjukkan bahwa tauhid itu bukan Rubiyyah saja, dan syirik itu tidak hanya
kesyirikan dalam Rububiyyah. Akan tetapi tidaklah seseorang berbuat syirik dalam
Rububiyyah meleinkan –dia itu- adalah mahluk yang ganjil atau nyeleneh.
Bagaimana tidak, karena setiap ummat mengekui tauhid Rububiyyah
ini.
Tauhid
Rububiyyah adalah pengekuan bahwa Allah ‘azza wa jalla adalah pencipta, pemberi
rezeki, yang menghidupkan, yang mematikan dan yang mengatur. Atau dengan
pengertian yang lebih ringkas, yakni mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam
perbuatan-Nya.
Maka tidak
ada seorangpun dari mahluk ini yang mengakui bahwa ada seorang yang menciptakan,
memberi rezeki, menghidupkan, atau mematikan bersama Allah subhanahu wa ta’ala.
Bahwa orang-orang musyrik mengekui bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah
pencipta, pemberi rezeki, yang menghidupkan dan mematikan, serta yang
mengatur.
“Dan
sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka “Siapakah yang menciptakan langit
dan bumi?” tentu mereka akan menjawab “Allah” (Luqman :
25)
“Katakanlah
“Siapakah yang mempunyai tujuh langit dan yang mempunyai ‘Arsy yang besar?”
mereka akan menjawab “Kepunyaan Allah” (Al Mu’minun
: 86-87)
Bacalah
ayat-ayat di akhir akhir surat al mu’minun! Kalian akanmenjumpai bahwa
orang-orang musyrik itu mengakui tauhid rububiyyah, demikian pula dalam surat
yunus
“Katakanlah :
Siapakah yang memberimu rezeki dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah
yang mengetur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab “Allah” (Yunus :
31)
Mereka
mengakui semua ini. Jadi, tauhid itu bukan hanya mengakui tauhid rububiyyah
sebagaimana dinyatakan oleh ulama kalam dan nudhor (ahlul kalam dan
filsafat-pent) dalam aqidah mereka. Mereka menetapkan bahwa tauhid adalah
mengakui Allah subhanahu wa ta’ala sebagai pencipta, pemberi rezeki, yang
menghidupkan dan yang mematikan. Mereka menyatakan bahwa “(allah adalah satu
dalam dzat-Nya tidak ada pembagian bagi-Nya, satu dalam perbuatan-Nya tidak ada
sekutu bagi-Nya” maka ini adalah tauhid rububiyah. Kembalilah (lihatlah) dalam
kitab manapun dari kitab-kitabnya ulama kalam, maka emgkau akan menjumpai bahwa
mereka tidak pernah keluar dari tauhid rububiyyah, dan itu bukanlah tauhid yang
Allah subhanahu wa ta’ala mengutus dengannya para rasul. Pengakuan dengan tauhid
rububiyyah ini saja tidaklah bermanfaat bagi pelakunya, karena hal ini diakui
(pula) oleh kaum musyrikin dan tokoh-tokoh kafir, sementara hal tersebut tidak
memasukkan mereka kedalam islam. Maka ini adalah kesalahan yang besar,
barangsiapa yang berkeyakinan demikian (saja), maka keyakinannya tidak lebih
dari keyakinan Abu Jahal dan Abu Lahab. Sebagian para budayawan/ilmuan sekarang
juga (meyakini) hal itu dengan menetapkan tauhid rububiyyah saja, tanpa
menjalankan tauhid uluhiyyah, maka ini adalah kesalahan besar dalam perkara
tauhid.
Adapun
tentang syirik, mereka menyatakan “(Syirik yaitu) kamu meyakini bahwa seseorang
mencipta bersama Allah atau memberi rezeki bersama Allah” kami katakan “ini
(seperti) yang diucapkan Abu Jahal dan Abu Lahab. Mereka tidak mengatakan bahwa
seseorang mencipta bersama Allah subhanahu wa ta’ala dan memberi rezeki bersama
Allah subhanahu wa ta’ala, bahkan mereka mengakui bahwa Allah subhanahu wa
ta’ala dalah pencipta, pemberi rezeki, yang menghidupkan dan yang
mematikan”
Labels:
Aqidah
Keine Kommentare: