AKHLAK

[Akhlak][grids]

Aqidah

[Aqidah][twocolumns]

FIQIH

[Fiqh][bleft]

Berbaik sangka kepada Allah



Tafa'ul (Optimisme) merupakan  bentuk dari husnuzhan kepada Allah, yang Nabi  ﷺ sangat takjub dengan hal ini. Beliau ﷺ bersabda:
"Al-Fa'lu telah membuatku takjub." Para shahabat bertanya, "Apakah Al-Fa'lu itu wahai Rasulullah?" Nabi menjawab, "Ucapan yang baik."
Seorang mukmin diperintahkan untuk selalu berbaik sangka kepada Allah dalam setiap keadaan. Adapun tasya'um (pesimis) ialah termasuk dari bentuk su'uzhan (berburuk sangka) terhadap Allah. Apabila keimanan seseorang hamba meningkat, ia akan berbaik sangka terhadap Rabb-Nya. Sebaliknya, apabila keimanan kepada Rabb-nya berkurang, ia akan berburuk sangka kepada Penciptanya. Karena itu, barangsiapa menyangka:

  • - Allah tidak akan menolong hamba-Nya yang bertauhid, tidak meninggikannya, dan tidak memenangkan agamanya;
  • - Ia bisa mendapatkan apa yang ada disisi Allah dengn kemaksiatan dan menyelisihi-Nya, sebagaimana ia bisa mendapatkannya dengna ketaatan dan pendekatan diri kepada-Nya;
  • - Jika dirinya meninggalkan sesuatu semata-mata karena Allah, Dia tidak akan mengganti dengan yang lebih baik darinya;
  • - Jika dirinya mengerjakan sesuatu semata-mata karena Allah, Dia tidak akan memberi sesuatu yang lebih utama darinya;
  • - Jika dirinya membenarkan Allah pada saat senang dan cemas, merendahkan diri dan memohon dengan sungguh-sungguh kepada-Nya, memohon pertolongan-Nya, dan bertawakal kepada-Nya, Dia akan menyia-nyiakan dirinya dan tidak akan memberikan apa yang diminta;
  • - Jika kedermawanan itu adalah jalan menuju kefakiran, atau orang yang bersedekah menyangka harta akan berkurang jika disedekahkan;
  • - Jika Allah tidak akan mengganti sedekahnya dengan harta lain;
  • - Jikaberpegang teguh dengan agama ini (Islam) tidak akan meninggikan keadaan pelakunya, berarti ia telah berprasangka terhadap Allah dengan sangkaan yang jelek dan telah tergelincir kedalam perbuatan yang dilarang Allah 'Azza wa Jalla.


Disebut su'uzhan kepada Allah adalah karena ia telah berprasangka kepada Allah dengan sesuatu yang tak sesuai dengan nama-nama-Nya yang baik dan dengan sifat-sifat-Nya yang luhur, serta menisbahkan-Nya kepada sesuatu yang menyelisihi apa yang sesuai dengan  kebagusan-Nya, kesempurnaan-Ny, sifat-sifat-Nya, dan karakteristik-Nya. Sungguh keterpujian-Nya. kemuliaan-Nya, dan hikmah-Nya memungkiri hal itu.

Banyak manusia berprasangka buruk kepada Allah dengan prasangka yang buruk dalam perkara-perkara yang dikhususkan bagi mereka dan yang diberikan kepada selain mereka. Dalam masalah ini, tak akan selamat dari perkara tersebut melainkan orang yang mengenal Allah, mengetahui tuntutan hikmah dan keterpujian-Nya. Syaikh Muhammad At-Tammimi berkata,"Tidak akan selamat dari masalah itu, kecuali orang yang mengetahui nama-nama dan sifat-sifat-Nya serta mengenal jati diri-Nya."

Ibnul Qayyim berkata,"Mayoritas orang bahkan seluruhnya-- kecuali yang dikehendaki Allah-- berprasangka yang tidak benar dan berprasangka jelek kepada Allah. Mayoritas anak Adam berkeyakinan, hak-hak dirinya terzalimi dan bagiannya masih kurang serta berhak mendapatkan lebih dari apa yang telah Allah berikan kepadanya. Keadaannya mengatakan,'Rabb-ku telah berbuat zalim terhadapku dan menghalangi apa yang menjadi hakku,' sedangkan jiwanya mempersaksikan kepadanya atas hal itu. Ia mengingkari Allah dengan lisannya dan tak takut berterus terang dengannya.

Barangsiapa meneliti jati dirinya dan berusaha memperdalam pengetahuan tentang apa yang disembunyikannya serta apa yang ada didalamnya, ia akan melihat su'uzhan kepada Allah didalamnya sebagai sesuatu yang tersembunyi bak percikan api dalam picu senapan. Karena itu, tembakkanlah picu senapan tersebut kapada siapa yang Allah kehendaki, niscaya percikan api itu akan memberitahukan kepada Anda tentang apa yang ada dalam picu jiwanya, sungguh Anda akan melihat pada dirinya ia telah menghina takdir dan mencela diri-Nya, mengkritik kepada-Nya dengan sesuatu yang menyelisihi apa yang tejadi, menuntut agar Dia harus begini dan begitu, serta menganggap ini sedikit dan yang itu banyak. Karena itu, telitilah diri Anda, apakah Anda telah selamat dari perkara itu?

Kalau engkau selamat dari tindakan itu, niscaya engkau selamat dari azab Zat Yang Memiliki Keagungan

Jika engkau tidak selamat dari tindakan itu, aku ragu bahwa engkau akan selamat

Orang yang berakal dan jujur hendaknya memperhatikan masalah ini, segera bertaubat, dan meminta ampunan atas sangkaannya yang buruk kepada Allah pada setiap waktunya. Disamping itu, hendaknya ia berprasangka buruk terhadap nafsunya sendiri yang merupakan tempat kembali segala kejelekan dan sumber segala kejahatan."

Dengan demikian, setiap Muslim tidak boleh berprasangka buruk terhadap Rabb-Nya, hendaknya ia berprasangka baik dalam setiap urusan. dalam hadits qudsi, Allah 'Azza wa Jalla berfirman:
"Aku sesuai dengan prasangkaan hamba-Ku kepada-Ku."
Appendix:

Muttafaq 'alaih
Masaa'ilu Kitaabit Tawhid hlm. 474
Zaadul Ma'aad: III/235
Muttafaq 'alaih

Al-Qasim,Abdul Muhsin;Kunci-Kunci Surga.Hal. 55-57

Wallahu'alam bissawab (والله أعلمُ بالـصـواب)


Senja menanti maghrib di kota Lübeck 09042015 / 20 Jumadhil Akhir 1436 H

Keine Kommentare: