AKHLAK

[Akhlak][grids]

Aqidah

[Aqidah][twocolumns]

FIQIH

[Fiqh][bleft]

Bagaimana mengingkari kemungkaran


Bismillahirrahmanirrahim

Mengingkari kemungkaran terbagi menjadi tiga tingkatan:

Tingkatan Pertama: Mengingkari  dengan tangan. Tindakan ini dilakukan ketika mempunyai kemampuan untuk menghilangkannya. Contohnya ialah seorang suami yang menghilangkan kemungkaran dirumahnya.

Tingkatan kedua: Mengingkari dengan lisan. Tindakan ini dilakukan jika ia tidak mampu mengingkari dengan tangan. Contohnya ialah seseorang yang melihat wanita yang ber-tabarruj (berhias diri) di pasar-pasar, sehingga orang itu mengingkari wanita tersebut dengan lisan secara hikmah.

Tingkatan Ketiga: Mengingkari dengan hati. Tindakan ini dilakukan jika tidak mampu mengingkari dengan tangan dan lisan. Bentuk tindakan ini merupakan selemah-lemah tingkatan dalam mengingkari kemungkaran. Dalam hal ini pula, mengingkari kesalahan dengan hati ialah wajib bagi setiap Muslim dan selamanya tak akan gugur. Nabi ﷺ bersabda:
"Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaknya ia mengingkarinya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Dan jika tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman."

Ibnu Rajab berkata,"Mengingkari kemungkaran dengan hati adalah suatu keharusan. Oleh karena itu, barangsiapa yang hatinya tidak mengingkari kemungkaran, hal itu menunjukkan hilangnya keimanan dari dalam hatinya."

Syaikhul Islam berkata,"Apabila didalam hati tak ada kebencian terhadap apa yang dibenci Allah, berarti di dalam hati itu tak ada bagian dari keimanan yang dengannya berhak mendapatkan pahala. Maksud dari sabda  Nabi ﷺ bagian dari keimanan adalah dari iman yang menyeluruh, yakni tak ada lagi setelah tiga hal ini (mengubah dengan tangan, lisan, dan hati) keimanan dan tidak pula keimanan seukuran biji sawi. Maknanya hal tersebut adalah akhir dari batas keimanan, dan tak ada lagi setelah ini sedikit pun dari keimanan. Maksudnya, bukanlah barangsiapa yang tidak mengerjakan hal itu, maka tidak ada yang tersisa sedikitpun dari keimanan.

Kemungkaran akan hilang dengan hikmah dan kemampuan serta tidak terjerumus dalam kemungkaran atau kerusakan yang lebih besar darinya.

Appendix:
HR Muslim
Jami'ul Ulum wal Hikam: II/245
Al-Fatawa: VII/52

Al-Qasim,Abdul Muhsin;Kunci-Kunci Surga.Hal. 113-114
Wallahu'alam bissawab (والله أعلمُ بالـصـواب)

Lübeck 08042015 / 19 Jumadhil Akhir 1436 H

Keine Kommentare: