Renungan Untuk Kaum Muda
Untuk Apa Anda Diciptakan
Ketahuilah wahai para pemuda, sesungguhnya
anda diciptakan untuk suatu urusan yang maha penting, tujuan yang luhur, yang
untuk tujuan itulah Allah menciptakan dunia dan seisinya, mengutus para rasul dan menurunkan
kitab-kitab untuk menyeru
kepadanya. Tujuan tersebut adalah beribadah kepada Allah Ta'ala tanpa menyekutukan dengan suatu
apapun.
Ibadah inilah yang merupakan hakikat dinul
Islam. Itulah millah
(jalan)nya bapak kita Ibrahim, yang barangsiapa membencinya berarti berlaku
bodoh terhadap dirinya
sendiri, termasuk golongan orang-orang yang sesat dan binasa. Perkara ini pula
yang menjadi wasiat para Nabi sebagian bagi sebagian yang lain, sebagaiman firman
Allah:
Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya
sendiri dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di
akherat benar-benar termasuk orang-orang yang shaleh.
Ketika Rabbnya berfirman
kepadanya "tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab, "Aku tunduk patuh kepada Rabb
semesta alam." Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya,
demikian pula Ya'kub (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku sesungguhnya Allah telah memilih agama ini
bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam."
Adakah kamu hadir ketika Ya'kub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata
kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab:
"Kami menyembah Rabbmu dan Rabb nenek moyangmu Ibrahim, Isma'il dan Ishaq,
(yaitu) Ilah Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." (QS Al-Baqarah: 130-133)
Maka setiap kali seseorang meninggalkan urusan
yang menjadi tujuan penciptaannya yang menjadi jaminan kebahagiaan,
keberuntungan dan kesuksesan dunia dan akhiratnya, lalu menyibukkan diri dengan urusan selainnya yang justru akan
mendatangkan kebinasaan,
kesengsaraan dan kerugiannya, maka dia adalah orang yang paling hina di antara yang hina, paling dungu di antara
yang dungu.
Ruang Lingkup Ibadah
Wahai pemuda, ibadah di dalam Islam
memiliki pengertian yang
luas, tidak benar jika diartikan sebatas pada shalat, sahum, zakat, haji dan
syi'ar-syi'ar ta'abudiyah selainnya saja. Bahkan ibadah di dalam Islam adalah suatu manhaj
yang saling melengkapi, menjadikan kemudahan kehidupan dalam seluruh aspeknya,
sesuai dengan kehendak Allah عزّوجلّ. Sebagian ulama memberikan definisi ibadah, yakni "kata yang mencakup seluruh
apa-apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik perkataan ataupun perbuatan,
yang zhahir maupun yang bathin."
Sehingga sudah selayaknya seluruh aspek
kehidupan itu terikat pada
tujuan untuk merealisasikan ibadah kepada Allah Ta'ala. Bahkan sudah
menjadikan setiap marhalah
(fase) kehidupan ini seluruhnya adalah ibadah, hingga kematian adalah merupakan bentuk ibadah kepada Allah
عزّوجلّ, sebagaimana firman Allah:
"Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu
bagi-Nya dan demikian itulah yang diprintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (QS Al-An'am: 162-163)
Kematian para syuhada adalah merupakan
realisasi di antara bentuk
ibadah kepada Allah Rabbul 'alamin berupa kematian.
"Dan orang-orang yang syahid bagi mereka
pahala dan cahaya mereka." (QS Al-Hadid:
19)
Dan firman Allah:
"Dan sembahlah Rabbmu sampai datang sesuatu
yang diyakini" (QS Al-Hijr: 99)
yakni kematian.
Kebutuhan Kita Akan Ibadah Kepada
Allah
Ketahuilah wahai saudaraku yang aku cintai,
kebutuhan kita untuk beribadah kepada Allah lebih mendesak daripada kebutuhan
kita terhadap makanan, minuman dan udara. Karena, makanan, minuman dan udara
berfungsi untuk melestarikan badan, sedangkan ibadah berfungsi untuk
menegakkan ruh dan badan
sekaligus. Oleh karena itulah ibadah merupakan aktivitas seluruh makhluk yang ada, baik benda mati,
hewan maupun tumbuh-tumbuhan, baik yang kita saksikan maupun sesuatu yang tak dapat kita
saksikan. Allah berfirman:
"Dan tak satupun melainkan bertasbih dengan
me-muji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka." (QS Al-Isra': 44)
"Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada
Allah bersujud apa saja yang ada di langit dan di bumi, matahari, bulan, bitang,
gunung, pohon-pohonan, binatangbintang yang melata dan sebagian besar daripada
manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab
atasnya." (QS Al-Hajj:
18)
Maka seluruh alam dalam keadaan beribadah
kepada Allah Rabbul 'alamin. Ayat tidak mengecualikan jenis makhluk selain
manusia yang terbagi menjadi mukmin dan kafir:
"Dan banyak di antara manusia yang telah
ditetapkan azab atasnya.
Dan barangsiapa yang dihinakan oleh Allah maka tidak seorangpun yang
memuliakannya. Sesungguhnya
Allah berbuat apa yang Dia kehendaki." (QS
Al-Hajj: 18)
Maka siapapun yang meninggalkan ibadah
kepada Allah Ta'ala dan
menolak bersujud kepada-Nya maka Allah akan menghinakanny memburukkan keadaannya
dan tidak menghendaki kebaikan atasnya.
Dan Allah Ta'ala mewajibkan kita untuk
beribadah bukanlah demi
mendatangkan manfaat bagi-Nya, karena Dia Subhanahu Maha Kaya dari seluruh alam,
sebagaimana firman Allah:
"Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku Aku
tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah
Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi sangat kokoh." (QS Adz-Dzariyat: 56-58)
Akan tetapi Allah Ta'ala membebankan ibadah
kepada kita adalah untuk membersihkan dan men-sucikan kita serta menghilangkan
penyakit hati dan syahwat hawa nafsu. Allah berfirman:
"Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan mendo'alah untuk
mereka, sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi
mereka." (QS At-Taubah: 103)
Maka perhatikanlah, bagaimana ibadah yang
tulus mampu membersihkan hati, menyucikan jiwa dan mendatangkan ketenangan.
Allah Ta'ala berfirman:
"Daging-daging unta dan darahnya itu
sekali-kali tidak dapat mencapai Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat
mencapainya." (QS Al-Hajj:
37)
Sedangkan takwa dapat kalian peroleh dengan
sebab ketaatan kalian kepada Allah dan taqarrub kalian kepada-Nya berujud
mengalirkan darah hewan
sembelihan.
Urgensi Niat dan Mutaba'ah
Segala bentuk ibadah tidak diterima kecuali
jika terpenuhi dua syarat, yakni ikhlas dan mutaba'ah (mengikuti) nabi
صلي الله عليه وسلم. Allah
Ta'ala berfirman:
"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Rabb-nya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabbnya. "(QS
Al-Kahfi: 110)
Nabi صلي الله عليه
وسلم bersabda:
"Barangsiapa yang beramal dengan suatu amal
yang tidak ada perintah dari kami, maka tertolak." (HR
Muslim)
Demikian nyata pengaruh niat, begitu pula niat
akan menjadikan kebiasaan-kebiasaan umum bernilai ibadah. Aktivitas seseorang berupa
makan, minum, tidur,
memakai pakaian adalah berupa kebiasaan-kebiasaan, akan tetapi jika orang yang mengerjakannya memiliki komitmen bahwa
dengannya dia bertujuan untuk mendukung ketaatannya kepada Allah dan menampakkan
nikmat-Nya atas dirinya, niscaya dia akan mendapatkan pahala karenanya. Bahkan
Nabi صلي الله عليه وسلم
bersabda:
"Persetubuhan salah seorang di antara kalian
dengan istrinya adalah sedekah." Para sahabat bertanya, "wahai Rasulullah, apakah seseorang di
antara kami menumpahkan
syahwatnya namun dia beroleh pahala?" Nabi bersabda: "tidakkah kalian mengetahui
bahwa tatkala ia menumpahkan syahwatnya di tempat yang haram maka ia beroleh
dosa? Maka begitulah, ketika ia menumpahkan di tempat yang halal niscaya ia
beroleh pahala." (HR Muslim)
Siapa yang Kamu Sembah?
Saudaraku yang mendapatkan taufik, fithrah
manusia dalam kehidupan dunia ini adalah untuk ibadah, tunduk dan bertumpu
kepada kekuatan ghaib yang
dibenarkan ada-Nya meski tak kasat mata. Maka barangsiapa yang tidak beribadah
kepada Allah عزّوجلّ dan tidak menjadikan Dia sebagai
Rabb, ilah, sesembahan, tidak merasakan manisnya berdzikir kepada-Nya, tidak
berdo'a, bermunajah dan bersujud kepada-Nya, niscaya akan mengenyam kehinaan berupa ibadah kepada
selain-Nya, memohon kepada selain-Nya dan takut kepada selain-Nya.
Tidak diragukan lagi bahwa beribadah kepada
Allah Ta'ala adalah ibadah yang paling terhormat, paling suci, paling luhur dan
paling tinggi. Sedangkan
beribadah kepada selain-Nya adalah kesyirikan, kesesatan dan kerugian di dunia
dan akhirat. Allah Ta'ala memberitakan perihal orang yang beribadah kepada
selain-Nya:
"(Kepada para malaikat diperintahkan):
"Kumpulkanlah orang-orang
yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan mereka yang selalu
mereka sembah selain Allah, maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. Dan
tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya."
(QS Ash-Shaffat: 22-24)
Dan firman-Nya:
"Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah
selain Allah, adalah umpan jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya." (QS Al-Anbiya': 98)
Syirik Mahabbah
Wahai pemuda, maksud
beribadah kepada selain Allah tidak hanya terbatas pada tindakan menyembah berhala, thawaf di
kuburan, memohon kepada
penghuninya, menyembelih untuk selain Allah maupun istighatsah kepada selain Allah dalam hal yang
tidak dimampui melainkan oleh Allah. Semua itu memang termasuk macam-macam
beribadah kepada selain Allah. Namun lebih dari itu, karena ibadah mengandung unsur puncak kecintaan
dan puncak menghinakan
diri. maka barangsiapa yang mencintai sesuatu setara dengan cintanya kepada Allah dan menghinakan
diri kepadanya, berarti dia telah beribadah kepada selain Allah, baik sesuatu
itu berupa batu, berhala,
manusia, kuburan, wali, pemahaman, madzhab, harta, dunia, wanita, hawa nafsu, syetan atau selainnya yang mana
manusia menyerahkan
(pasrah) dirinya dan beribadah mengabdi kepadanya.
Sungguh Nabi telah membuat suatu permisalan
tentangnya dengan sabda beliau:
"Alangkah celaka
budak dinar, budak dirham dan budak perut." (HR
Al-Bukhari)
Imam Ibnu Al-Qayyim berkata, "inti kesyirikan
kepada Allah adalah syirik dalam mahabbah (kecintaan), sebagaimana firman
Allah:
"Dan antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah." (QS Al-Baqarah: 165)
Maka Allah Subhanah mengabarkan bahwa di
antara manusia ada yang menyekutukan-Nya, dia menjadikan tandingan selain Allah,
mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Maksudnya, bahwa hakikat ibadah tidak
terwujud jika disertai kesyirikan kepada Allah dalam mahabbah (kecintaan),
berbeda halnya dengan cinta kepada Allah yang merupakan konsekuensi dari ibadah
kepada-Nya.
Macam-macam Mahabbah
Imam Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah menyebutkan, wajib untuk membedakan antara
lima macam mahabbah, karena ketidakmampuan membedakan masing-masing, dapat terjerumus
dalam kebinasaan dan syirik mahabbah. Kelima hal tersebut adalah :
- Mencintai Allah Ta'ala
- Mencintai apa-apa yang dicintai Allah. Kecintaan inilah yang memasukkan seorang hamba ke dalam Islam dan mengeluarkannya dari kekufuran. Maka manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling kuat dan paling sangat kecintaannya dalam hal ini.
- Cinta karena Allah, hal ini merupakan konsekuensi dari mahabbah yang sebelumnya. Seseorang tidaklah dianggap tulus dalam mencintai apa-apa yang dicintai oleh Allah melainkan dengan mencintai karena Allah dan di jalan Allah.
- Mencintai beserta Allah (mencintai sesuatu setara dengan kecintaannya kepada Allah-pent). Inilah mahabbah yang syirik, barangsiapa yang mencintai sesuatu setara dengan Allah, bukan untuk Allah, bukan pula karena Allah, bukan dijalan-Nya, sungguh dia telah mengambil tandingan selain Allah, inilah mahabbahnya orang-orang musyrik.
- Mahabbah thabi'iyah, yakni kecenderungan manusia kepada apa yang memang menjadi tabiatnya, seperti seorang yang haus menyukai air, orang yang lapar menyukai makanan, orang yang mengantuk menyukai tidur, mencintai istri maupun anak. Yang demikian ini tidaklah tercela kecuali jika hal-hal tersebut melalaikan dari dzikrullah dan menyibukkan diri dari mencintai Allah.
Mahabbah yang Paling Agung
Bentuk mahabbah yang paling agung dan terpuji
adalah mencintai Allah semata dan mencintai apa yang Dia cintai. Inilah akar kebahagiaan dan intinya.
Tiada seorangpun yang selamat dari adzab melainkan dengannya. Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda:
"Tiga perkara apabila ada pada seseorang
berarti dia telah merasakan manisnya iman, (yaitu) apabila Allah dan Rasul-Nya
lebih dicintai dari selain keduanya, seseorang yang tidak mencintai melainkan karena Allah dan
benci kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkan darinya sebagaimana
bencinya jika dirinya dilempar ke dalam neraka." (Muttafaq 'alaih)
Adapun cinta yang paling parah celanya adalah
mahabbah ma'allah, yakni
seseorang yang menye-tarakan rasa cintanya kepada Allah dengan tandingan selain Allah. Kecintaan ini
merupakan inti kesengsaraan
dan biangnya. Orang yang melakukannya berada di neraka dan diadzab di jahannam, wal 'iyadzu
billah.
Kebanyakan pemuda teracuni dengan berbagai
macam cinta yang tercela, di antaranya adalah:
- Gandrung terhadap wanita dan gadis serta terfitnah oleh godaannya dan bergaul dengan mereka dalam kemaksiatan.
- Cenderung mencintai remaja, bergaul dan memandang mereka dengan syahwat.
- Mengidolakan para selebritis yang termasuk kategori orang-orang yang membuat kerusakan dan banci, serta latah mengikuti mereka dan menjadikan mereka sebagai teladan dan tokoh idola.
- Mencintai orang-orang kafir, mengagungkan mereka, meniru mereka dan berpartisipasi dalam merayakan hari raya mereka.
- Menyukai hal-hal haram dengan berbagai macam ragamnya serta asyik melakukanya. Terutama minuman keras, ganja, rokok, zina, homo dan selainnya yang kebanyakan pemuda telah terjerumus ke dalamnya.
Siapa yang Anda Cintai?
Setelah paparan sekilas tentang hakikat ibadah
dan mahabbah serta kemungkinan-kemungkinan penyimpangan yang terjadi berkaitan dengannya, memungkinkan bagi anda untuk
bertanya kepada diri
sendiri, siapakah yang Anda cintai? Benarkah Anda hanya mencintai Allah semata?
Jika Anda menjawab, "ya", maka tanyakanlah kepada dirimu sendiri, apa bukti
kecintaanmu kepada-Nya? Sudahkah engkau mencintai karena Allah dan benci karena Allah?
Berwala' karena Allah dan bermusuhan karena Allah? Sudahkah Anda mencintai apa-apa yang dicintai
oleh Allah dan membenci apa-apa yang dibenci oleh-Nya? Mencintai orang yang
dicintai Allah dan membenci siapapun yang dibenci oleh-Nya?
Jika seluruh pertanyaan tersebut anda jawab
dengan "ya" -saya berharap
mudah-mudahan hal itu benar- maka sudah selayaknya saya bertanya: jika setiap
pemuda memiliki sifat ubudiyah dan mahabbah yang sempurna kepada Allah semacam ini, lalu mengapa kita
melihat kebanyakan pemuda benci terhadap ketaatan dan lari darinya?
Mengapa kami melihat banyak di antara pemuda
yang meninggalkan [sholat] padahal ia merupakan tiang agama dan
pondasinya?
Mengapa hobi kebanyakan pemuda adalah hal-hal
yang haram, menerima dan senantiasa cenderung kepadanya, kepuasan mereka adalah
ketika bisa mengerjakannya,
kesedihan mereka adalah kehilangan kesempatan untuk bermaksiat?
Bukankah khamr, ganja, rokok,
minuman-minuman keras,
musik, film-film porno, zina, homoseks, memperolok-olok agama dan orang yang
komitmen dengannya merupakan perbuatan haram yang umum dilakukan oleh para
pemuda?
Bukankah hal-hal tersebut menyelisihi
kecintaan kepada Allah سبحانه و تعالي dan cinta karena Allah? Bukankah ini merupakan bentuk syirik
kepada Allah dalam mahabbah?
Saudaraku pemuda!
Bagaimana anda mencintai Allah sedang malam
dan siang engkau menantang-Nya untuk berperang?
Bagaimana anda mencintai Allah sedang
berulang-ulang engkau
mengundang kemurkaan-Nya dan mendurhakai-Nya?
Bagaimana anda mengaku cinta kepada Allah,
sedang jalan menuju masjidpun engkau tak mengetahuinya?
Bagaimana engkau mengaku mencintai Allah
padahal engkau mencintai
musuh-musuh-Nya, membanggakan mereka, meniru, dan berangan-angan jika engkau bisa
seperti mereka?
Bagaimana engkau mengaku mencintai Allah
sedangkan engkau berlaku sombong terhadap wali-wali Allah (mukminin),
menghinakan dan melecehkan
mereka?
Bagaimana engkau mengaku mencintai Allah
sedangkan engkau menyelisihi Rasulullah صلي الله عليه
وسلم secara dhahir dan bathin? Padahal Allah Ta'ala
berfirman:
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu." (QS Ali Imran 31)
Dimanakah bukti ittiba'mu kepada Rasulullah
صلي الله عليه وسلم
wahai anda yang mengaku cinta kepada Allah
Ta'ala?
Engkau membangkang kepada-Nya
Lalu mengaku bahwa engkau cinta
Inilah pengakuan yang nyata
dustanya
Jika benar engkau mencintai-Nya
Tentulah engkau mentaati-Nya
Karena seseorang akan taat kepada
kekasihnya
Keputusan yang Berani
Keputusan inilah yang kami tunggu-tunggu sejak
lama wahai pemuda. Kami berangan-angan, kalau saja keputusan telah kau ambil
sebelum ini. Keputusan yang
cepat tanpa menunda. Maka
ambillah keputusan sekarang juga..tunduklah hanya kepada Allah saja sekarang
juga..bertaubatlah kepada Rabbmu sekarang juga..,bermuhasabahlah terhadap dirimu
sekarang juga...ubahlah jalan hidupmu sekarang juga.. .bersihkan dirimu dari
peribadatan kepada selain
Allah sekarang juga..jauhi syahwat yang diharamkan sekarang juga..ikhlaslah
untuk Allah sekarang juga...ikutilah sunnah nabimu sekarang juga
juga...perangilah hawa nafsu dan syetan sekarang juga..tinggalkan teman-teman
bejatmu sekarang
juga...sahutlah adzan dan makmurkan masjid Allah sekarang juga...anggaplah serius perkara yang
haram sekarang juga...jagalah kedua mata, penglihatan, telinga dan hatimu dari
segala yang haram mulai sekarang juga.
Jika nantinya anda terjerumus ke dalam
kemaksiatan dan perkara
yang haram, maka janganlah anda berputus asa. Akan tetapi perbaharuilah
taubatmu dan mulailah
dengan lembaran hidup yang baru. Janganlah engkau menyerah kepada ajakan hawa nafsu dan syahwat,
paksalah nafsumu dan giringlah ia menuju ketaatan kepada Allah. Ingatkanlah
jiwamu akan buruknya akibat
dosa dan maksiat. Layangkan
pandanganmu kepada ketinggian derajat pemuda yang taat sebagaimana yang disebutkan
oleh Nabi صلي الله عليه وسلم tentang jaminan yang
diberikan kepada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di hari yang tiada
naungan kecuali naungan-Nya (di antaranya adalah)...”pemuda
yang rajin beribadah kepada Allah" (Muttafaq
alaih)
Ingatkan juga kepada jiwamu tentang kisah
Nabiyullah Yusuf عليه السلام, bagaimana beliau memohon penjagaan
kepada Allah dan memerangi hawa nafsu serta merasakan kedekatan Rabbnya. Allah
mengangkat martabat beliau
dan memuliakannya pada tingkat kemuliaan tertinggi, dan tanyakanlah
kepada jiwamu, "apa jadinya
andai saja beliau mengikuti hawa nafsu dan tunduk pada rayuan syetan?
Aku memohon kepada Allah untukku dan
untukmu agar senantiasa
mendapat- hidayah dan taufik, shalawat dan salam semoga terlimpah atas nabi kita
Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya.
Disalin dari:
Tazkiah An-Nafs
Oleh: Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Terjemah: Abu Umar Abdillah
Terbitan: At-Tibyan
Labels:
Renungan
Keine Kommentare: