AKHLAK

[Akhlak][grids]

Aqidah

[Aqidah][twocolumns]

FIQIH

[Fiqh][bleft]

Ikhlas sebagai jalan menuju kebahagiaan

BismillAhirRahmanirRahim

Kekayaan seorang hamba diperoleh saat menaati Rabb-nya dan menghadap kepada-Nya serta mengikhlaskan amal hanya kepada-Nya. Hal ini merupakan pokok agama dan puncak amalan. Selain itu juga merupakantanda kemuliaan, ketinggian tekad, kecerdasan akal, dan jalan menuju kebahagiaan. Suatu perkara keberadaannya tak akan sempurna dan mendapat berkah, kecuali dengan lurusnya tujuan dan niat. Dalam masalah ini, Allah telah memerintahkan kepada Nabi-Nya, Muhammad ﷺ, untuk berbuat ikhlas melalui lebih dari satu ayat. Dia berfirman kepada beliau: 
"Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al-Quran) dengan membawa kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya." (Az-Zumar: 2).

"Katakanlah, 'Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama'." (Az-Zumar: 11).

'Katakanlah,'Hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku'." (Az-Zumar: 14).
Dengan demikian, benarnya amal itu berawal dari lurusnya niat, sedangkan lurusnya niat berawal dari bersihnya hati.

Selain yang telah diseutkan diatas, ikhlas dan berittiba' (mengikuti sunnah Rasul) juga merupakan dasar yang diterimanya amal di sisi Allah. Ibnu Mas'ud berkata,"Perkataan dan perbuatan tak akan diterima Allah, kecuali jika disertai niat, sedangkan perkataan, perbuatan, dan niat, keberadaannya juga tidak akan bermanfaat, kecuali kalau sesuai dengan sunnah."

Tetapi persoalannya, ikhlas itu sangatlah berat dilaksanakan jika dikaitkan dengan ibadah. Ibnul Jauzi berkata,"Betapa sedikitnya orang yang beramal dengan ikhlas hanya untuk Allah 'Azza wa Jalla. Hal ini terjadi karena mayoritas manusia suka kalau ibadah mereka kelihatan."

Ibnul Rajab berkata,"Riya' murni itu hampir takmuncul dalam diri seorang mukmin dalam pelaksanaan shalat dan puasa wajib. Akan tetapi, terkadang ia justru hadir dalam penunaian zakat dan haji atau amal-amal lainnya yang nampak atau yang jelas manfaatnya. Dengan kata lain, ikhlas dalam peribadahan merupakan perkara yang sangat berat. Namun demikian, seorang Muslim tentunya tak akan ragu, bahwa amal seperti itu akan sia-sia dan pelakunya berhak mendapatkan murka dan hukuman dari Allah."

Sebagian ulama, seperti Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahih.nya, Al-Maqdisi dalam kitab 'Umdatul Ahkam, Al-Baghawi dalam kitab Syarhus Sunnah dan Mashaabihus Sunnah, serta An-Nawawi dalam kitab Al-Arba'iin An-Nawaawiyah. Mereka memulai tulisan-tulisannya dengan hadits,"Innamal a'maalu bin niyaat." Ini merupakan isyarat dari mereka bahwa keikhlasan dalam beramal adalah suatu perkara yang urgen.

Sufyan Ats-Tsauri berkata ,"Aku tak pernah menangani masalah yang menurutku lebih berat selain meluruskan niat. Sebab keberadaannya selalu berbolak-balik pada diriku." Amal tanpa disertai niat yang ikhlas mencari wajah Allah merupakan upaya dan usaha yang sia-sia dan tertolak. Allah Ta'ala adalah Zat yang Mahakaya dan Mahatepuji, Dia tidak akan menerima amal, kecuali ikhlas untuk-Nya.

Abu Umamah Al-Bahiliy radhiyAllahu'anhu berkata,"Seorang laki-laki datang menghadap Nabi ﷺ lalu bertanya,'Wahai Rasulullah ﷺ ,bagaimana pendapat baginda mengenai seseorang yang berperang demi mendapat pahala dan pujian?' Rasulullah ﷺ menjawab,'Tiada pahala apa pun untuknya.' Orang itu mengulang pertanyaan kepada beliau sebanyak tiga kali, dan Rasulullah  tetap menjawab,'Tiada pahala apapun untuknya.'

Selanjutnya, Beliau ﷺ bersabda:

"Sesungguhnya, Allah tidak akan menerima amalan, kecuali jika amalan itu ikhlas untuk-Nya dan yang dicari dengan amalan itu adalah wajah (keridhaan) Allah'."

Nabi ﷺ juga bersabda, dalam hadits qudsi:

"Aku adalah Zat yang sangat tidak membutuhkan para sekutu, barangsiapa mengerjakan amalan yang didalamnyaa ia mensekutukan-Ku dengan selain-Ku, Aku akan meninggalkannya berikut sekutunya."


Appendix:

Shaydul Khaathir hlm. 251
Jaami'ul Uluum wal Hikam: I/79.
HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i. 
HR. Muslim.

Al-Qasim,Abdul Muhsin;Kunci-Kunci Surga.Hal. 21-23
Wallahu'alam bissawab (والله أعلمُ بالـصـواب)

malam sepertiga terakhir di kota Lübeck 22042015 / 3 Rajab 1436 H

Keine Kommentare: